REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Provinsi Gorontalo masih punya cukup stok vaksin anti-rabies, yang dibutuhkan untuk menghindari infeksi virus rabies akibat gigitan hewan penular rabies. "Saya sudah cek ke instalasi farmasi, ada lima ribu botol vaksin yang tersedia. Itu di provinsi, belum lagi yang ada di kabupaten dan kota," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Irma Cahyani Ranti, di Gorontalo, Selasa (10/12).
Meski demikian, ia mengakui bahwa sempat terjadi kekosongan stok serum atau immunoglobulin anti-rabies yang harus diberikan pasien dengan risiko tinggi. "Serum ini kami minta ke Kementerian Kesehatan dan sudah dijemput langsung, sehingga kemarin sudah tiba di Gorontalo," tambahnya.
Irma menjelaskan, tidak semua kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) harus ditangani dengan serum. Serum dibutuhkan untuk menangani kasus GHPR pada di daerah kepala, jari, dan alat kelamin. "Gigitan di area kepala berisiko tinggi karena dekat dengan otak, penularannya bisa lebih cepat. Sedangkan di jari dan alat kelamin banyak syaraf-syaraf di sana," ujarnya.
Empat pasien yang kena Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) di Kabupaten Gorontalo Utara dalam beberapa hari terakhir, menurut dia, sudah mendapatkan vaksin di tingkat puskesmas. Anjing yang menggigit empat anak dan satu orang dewasa di Gorontalo Utara juga sudah ditangkap.
Menurut Irma, pasien anak yang mengalami luka gigitan di kepala dirujuk ke rumah sakit di Kota Gorontalo setelah mendapatkan penanganan di puskesmas.
"Pasien kasus gigitan anjing sebenarnya tidak perlu dirujuk, karena tata laksana yang dilakukan di puskesmas sudah baik dan mereka terlatih untuk itu. Namun pasien anak ini tetap dirujuk karena mengalami luka di bagian mata, sehingga perlu konsultasi dengan dokter mata, apa ada tindakan jahitan di luka robek atau tidak," katanya.