REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Asisten Daerah (Asda) Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Eddy Nasution memastikan aktivitas di Bandara Internasional Husein Sastranegara Kota Bandung, akan tetap berlangsung. Bandara tersebut, menurutnya, tidak akan sampai "mati suri" meski sejumlah penerbangan digeser ke Bandara Kertajati.
"Jadi bisa dipastikan tidak ada itikad untuk mematikan Bandara Husein Sastranegara. Pemindahan sejumlah penerbangan justru bisa membuat rute-rute penerbangan lain masuk ke Bandara Husein," kata Eddy, di Bandung, Selasa.
Sebelumnya, Pemkot Bandung meminta agar pemerintah bisa menghidupkan kembali Bandara Husein Sastranegara yang sekarang disebut mati suri. Adanya sejumlah rute penerbangan yang luar pulau Jawa yang dipindah ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kertajati, Kabupaten Majalengka disebut jadi penyebabnya "mati surinya" Bandara Husein Sastranegara.
"Sehingga kami mesti lihat ini lima tahun atau berapa tahun ke depan. Apakah Husein ini masih cukup menampung penambahan rute dan penumpang. Kenyamanan ini kan kurang. Untuk parkir kendaraan saja sekarang sudah susah," ujar Eddy.
Menurut dia, pemindahan beberapa rute penerbangan dari Bandara Husein ke Bandara Kertajati sebenarnya hanya masalah pembagian rute. Dia mengatakan, selama ini Bandara Husein masih mendapat banyak penumpang dan wisatawan, khususnya yang datang dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.
Selain itu, beberapa rute di Pulau Jawa pun masih aktif di sana. Edy berharap, rute penerbangan di dalam Jawa bisa bertambah, seperti yang sudah dilakukan perusahaan penerbangan yang menjalankan Bandung-Banyuwangi.
"Rute internasional juga nanti bisa tambah. Sebelumnya kalau mau tambah pesawat masuk saja ke Bandara Husein sangat susah karena memang tempatnya terbatas," ujar Eddy.
Edy mengatakan, keberadaan Bandara Kertajati juga bisa dimanfaatkan masyarakat atau wisatawan yang ingin pulang selain ke Kota Bandung atau berwisata di daerah Jawa Barat lainnya.
"Karena akses dari Kertajati misalnya ke Cirebon, Majalengka, Kuningan, dan beberapa kota lain lebih dekat ketimbang mereka harus datang dulu ke Bandung," kata dia.
Hal ini, kata dia, artinya tinggal masalah pembagian rute saja dan penyebaran minat wisatawan ketika bertandang ke Jawa Barat.
"Sehingga sekali lagi, kami bukannya ingin mematikan Bandara Husein," katanya.
Keberadaan Bandara Kertajati, menurut Edy, justru berdampak baik bagi pertumbuhan perekonomian dan ini menandakan penggunaan pesawat terbang yang datang dan pergi dari suatu provinsi lebih banyak. Eddy mengatakan, pemda nantinya tinggal berkoordinasi bagaimana memaksimalkan setiap bandara yang ada seperti Bandara Husein khusus penerbangan domestik Pulau Jawa dan beberapa peenrbangan internasional.
"Lalu Bandara Kertajati bisa dipakai untuk penerbangan umrah dan haji. Selain itu, bisa ada juga bandara-bandara penunjang seperti yang di Tasikmalaya, Pangadaran, Cirebon, dan daerah lainnya. Semakin banyak bandara di Jabar itu pertanda bagus," kata dia.