REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak lima kota di Indonesia cukup tinggi angka prevalensi narkoba di kalangan remaja dan kaum milenial. Lima kota besar itu yakni Medan, Yogyakarta, Samarinda, Bandung, dan Surabaya.
Hal ini didasarkan hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). "Kami prihatin berdasarkan penelitian LIPI dan BNN, angka prevalensi pengguna narkoba pada anak dan kaum milenial pada 2018 cukup tinggi," ujar Brigjen Purwo Cahyoko, Direktur Informasi dan Edukasi Deputi Bidang Pencegahan BNN di Kota Sukabumi, akhir pekan lalu.
Meskipun Kota Sukabumi tidak masuk, kata Purwo, tetap harus ada kegiatan khususnya edukasi dan sosialisasi bahaya penggunaan narkoba dan obat-obatan berbahaya. Kegiatan itu menyasar pelajar dan kalangan milenial. Caranya dengan melakukan roadshow kepada guru dan siswa SMP serta tingkatan sekolah lainnya dalam edukasi mencegah peredaran narkoba.
Secara umum, ungkap Purwo, angka prevalensi pengguna narkoba pada 2017 sebesar 1,77 persen. Ini artinya hampir tiga juta lebih masyarakat Indonesia menggunakan narkoba.
Digunakannya data pada 2017 karena BNN melakukan penelitian setiap tiga tahun sekali dan 2020 akan disampaikan data terbaru termasuk angka prevalensi. Data yang ada pada 2017 menunjukkan narkoba menjadi masalah serius tidak hanya di Indonesia akan tetapi di negara lain juga sama dan bahannya saja yang berbeda.
Di Indonesia penggunaan yang paling tinggi ganja dan kemudian sabu. "Kenapa tinggi karena produksi ada di wilayah Indonesia," ujar Purwo.
Padahal ganja memberikan dampak sangat mengkhawatirkan. Jika digunakan generasi muda akan menjadi bodoh. Sebab di dalam ganja ada HTC atau Tetrahydrocannabinol yang mempunyai dampak mengikat oksigen di dalam otak.
Dengan mengkonsumsi ganja, ada oksigen diiikat sehingga makin lama pengguna ganja akan bodoh. Di sisi lain, Pemerintah Kota Sukabumi berkomitmen mendukung gerakan anti narkoba. Hal ini dilakukan dengan berkolaborasi bersama sejumlah pihak termasuk BNN Sukabumi.
"Kami meyakini sosialisasi dan edukasi mengenai pencegahan narkoba penting dalam meminimisir peredarannya," kata Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi. Terutama dilakukan oleh teman sebaya dalam meminimalisir peredaran narkoba.
Pemkot menyambut baik adanya rumah edukasi anti narkoba (Rean). Di mana di dalamnya ada informasi mengenai bahaya narkoba dan karya kreatif anak milenial.
Fahmi mengatakan pemkot akan mengajak pelajar aktif sosialisasikan ke temen sebaya dan menjadi duta anti narkoba. Dengan demikian peredaran narkoba di Sukabumi dapat diminimalisir.