Jumat 06 Dec 2019 19:03 WIB

Jimly Dukung GBHN Dihidupkan Kembali

Penghidupan GBHN dinilai perlu agar semua orang tak terjebak pikirin jangka pendek.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Teguh Firmansyah
Anggota DPD RI periode 2019-2024 perwakilan DKI Jakarta Jimly Asshiddiqie.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Anggota DPD RI periode 2019-2024 perwakilan DKI Jakarta Jimly Asshiddiqie.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Anggota DPD RI Jimly Asshiddiqie mengatakan, ia secara pribadi mendukung supaya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) kembali dihidupkan. Menurut Jimly, GBHN saat ini diperlukan agar semua orang tidak terjebak dalam pikiran jangka pendek.

"Saya pribadi, mendukung GBHN hidup kembali," kata Jimly saat memberikan kata sambutan di pembukaan Silahturahmi Kerja Nasional (Silaknas) ICMI ke 29 di Auditorium Universitas Negeri Padang, Jumat (6/12).

Baca Juga

Jimly menilai saat ini kondisi politik ekonomi dan politik di Indonesia terjebak dalam pola pikir jarak pendek. Di mana cara berpikir dalam ekonomi dan politik sudah seperti pasar kekuasaan.

Di mana pihak yang mampu memberi banyak akan mendapatkan kekuasaan lebih luas.

"Politik kita sudah menjadi pasar bebas. Ekonomi pasar bebas. Jadinya kekuasaan juga jadi pasar bebas," tambah Jimly.

Menurut Jimly situasi seperti sekarang ini  membuat masalah politik dan ekonomi di Indonesia semakin liberal. Sehingga politik ekonomi Indonesia hanya di tangan-tangan tertentu saja.

Jimly tidak hanya menyebut Indonesia saja yang berada dalam kondisi seperti pasar bebas. Mayoritas negara di dunia saat ini kata Ketua Umum ICMI itu juga mengalami hal yang sama di mana kekuasaan akan ekonomi dan politik dikendalikan tangan-tangan tertentu saja.

Jimly merasa situasi tersebut harus diubah. Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut, cendikiawan Muslim harus tampil ke depan untuk memberikan pemikiran-pemikiran cemerlang agar Indonesia berada di jalur yang tepat sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.

"Peranan cendikiawan dan perguruan tinggi di situ letaknya. Kita harus ubah cara berpikir yang seperti cara pasar. Siapa yang punya banyak uang bisa punyai segalanya. Itu kan pikiran jangka pendek. Sekarang bagaimana kita berpikir pentingnya longmarch dan estafet kepemimpinan ke depan," kata Jimly menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement