Jumat 06 Dec 2019 14:38 WIB

Indonesia Jadi Penyumbang Emisi Gas Terbesar di Dunia?

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen penuh dalam menangani emisi gas di Indonesia.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar

REPUBLIKA.CO.ID, BATU-- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Men-LHK) Siti Nurbaya mengaku Indonesia masih menjadi salah satu penyumbang emisi gas terbesar di dunia. Faktor penyebab rumah kaca harus segera dikontrol dalam mengatasi hal tersebut.

"Kita mungkin kalau enggak nomor empat ya nomor lima. Nomor satu itu antara Cina dan Amerika. Kemudian Inggris, lalu Jerman. Pokoknya, Indonesia antara keempat atau ketujuh," kata Siti Nurbaya kepada wartawan seusai menghadiri acara Gerakan Nasional Pemulihan Daerah Aliran Sungai (GNPDAS) 2019 di Desa Oro-oro Ombo, Kota Batu, Kamis (5/12).

Menurut Siti Nurbaya, hasil penyelesaian emisi gas sebenarnya sudah sedikit lebih maju dibandingkan sebelumnya. Sebab, Indonesia di 2011 telah melakukan kerja sama dengan Norwegia. Negara tersebut acap melaksanakan hal serupa dengan bangsa lain seperti Brazil.

"Tapi sekarang brazil relatif buruk ya, karena itu tidak terlepas dari kebijakan presiden," jelasnya.

Siti Nurbaya mengklaim, pemerintah Indonesia telah berkomitmen penuh dalam menangani emisi gas di Indonesia. Bahkan, ia menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat fokus menyeimbangkan antara ekonomi dan lingkungan. Hal ini telah terbukti selama masa kepemimpinan Jokowi selama lima tahun terakhir.

Di sisi lain, perbaikan ini juga berkat instrumen yang tertera pada Paris Agreement 2015 lalu. Menurutnya, petunjuk yang berada di kesepakatan tersebut telah memberikan dampak positif bagi Indonesia.

"Karena instrumen yang jadi petunjuk di dalam impelentasi Paris Agreement untuk penanganan dampak gas rumah kaca, itu kita sudah dilengkapi," ucap Siti Nurbaya.

Untuk mengurangi dampak emisi gas, Situ Nurbaya mengungkapkan, kementriannya akan terus menggalakkan pengurangan deforestasi. Sebelum 2014, masalah deforestasi di Indonesia masih sekitar 1,2 juta hektare (ha) per tahun. Saat ini, ia mengklaim, telah berkurang menjadi 430-an ribu ha tiap tahun.

"Tapi kita maunya sih, makin kurang karena target kita sebetulnya 300 ribuan, paling banyak jangan lebih dari 300 ribu hekati. Oleh karena itu, menanam pohon menjadi sangat penting,", kata dia menegaskan.

Siti Nurbaya menargetkan dapat mengurangi efek rumah kaca sekitar 1,8 sampai 2,2 giga ton karbondioksida. "Kira-kira bisa 29 persen di 2030. Dan sekarang kita di 2018 sekitar 24 persen lebih, hampir 25," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement