Kamis 05 Dec 2019 17:23 WIB

Ekonomi Yogyakarta Diprediksi Melambat

Penurunan ekonomi Yogyakarta di 2020 bisa mencapai kisaran 5,3 persen.

Rep: Sylvi Dian Setiawan/ Red: Muhammad Hafil
Salah satu sudut Kota Yogyakarta (ilustrasi).
Foto: pdk.or.id
Salah satu sudut Kota Yogyakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Perekonomian DIY pada 2020 nanti diperkirakan akan melambat. Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan mengatakan, penurunan ekonomi DIY di 2020 bisa mencapai kisaran 5,3 hingga 5,7 persen (yoy).

Melambatnya perekonomian DIY ini dikarenakan akan berakhirnya pembangunan Yogyakarta Internasional Airport (YIA) di akhir 2019 nanti. Yang mana, dalam dua tahun terakhir ini ekonomi DIY tumbuh karena ditopang sektor domestik yang berasal dari investasi bangunan konstruksi proyek strategis nasional YIA. 

"Jadi pertumbuhan ekonomi DIY ke depan di 2020 itu memang untuk DIY khususnya, kita akan sedikit menurun. Karena ini pertumbuhannya akan kembali kepada rata-rata normal," kata Hilman di Kantor Perwakilan BI DIY, Kamis (5/12). 

Walaupun begitu, keberadaan YIA dalam jangka menengah diperkirakan akan mendorong munculnya rambatan ekonomi. Sebab, investasi bangunan masih akan tumbuh. 

Terlebih, dengan berkembangnya kawasan aerotropolis yang juga dalam rangka mendukung YIA. Termasuk yang nantinya pembangunan infrastruktur akses jalur kereta api hingga perhotelan juga akan mendorong investasi setelah berakhirnya pembangunan YIA. 

"Pertumbuhan DIY dengan adanya bandara ini mungkin tidak terasa sekarang. Tapi setelah beroperasi, akses jalan sudah terbentuk, infrastruktur dan ekosistem pergudangan, ekosistem manajemen terminal, semua sudah jalan. Itu akan meberikan dampak," ujarnya. 

Sementara itu, dari investasi non bangunan, pihaknya pun telah memetakan sumber pertumbuhan ekonomi baru. Yakni melalui riset growth srategy. 

Dia menjelaskan, pihaknya mengidentifikasi optimalisasi kinerja subsektor unggulan. Diantaranya, industri tekstil dan produk turunan (TPT) termasuk fashion, industri mebel dan kerajinan kayu, jasa pariwisata, akomodasi makanan minuman dan industri kreatif. 

Seluruh subsektor unggulan tersebut, merupakan sektor potensial DIY yang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan daerah lain. "Kami meyakini sektor tersebut apabila terus didukung secara bersama-sama, kami proyeksikan pertumbuhan ekonomi DIY dapat stabil tinggi," ujarnya. 

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, kehadiran YIA harus dioptimalkan dengan baik oleh seluruh pihak. Untuk itu, pembangunan infrastruktur pendukung YIA harus terus dibangun. 

Begitu juga pariwisata yang terbukti dapat menyediakan lapangan kerja khususnya yang mengusung konsep CBT (Community Based Tourism), kata Sultan, juga harus terus ditingkatkan. "Dengan semakin berkembangnya wisata berbasis CBT, kemandirian desa akan terbentuk dan mengurangi ketimpangan serta kemiskinan," kata Sultan.  

Selain pembangunan infrastruktur jalan dan kereta api sebagai penyambung dari dan ke YIA, Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) dan jalur tol juga dapat mendorong investasi. Termasuk pembangunan kawasan aerotropolis juga akan segera dilaksanakan. 

"Dalam pelaksanaannya, pengembangan kawasan aerotropolis itu juga mendasar pada konsep filosofis 'segara gunung' dengan sumbu imajiner aerotropolis yang membentang dari Laut Selatan ke Pegunungan Kokap, bagian dari Pegunungan Menoreh," jelasnya. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement