Rabu 04 Dec 2019 09:30 WIB

Polairud Selesaikan Delapan Kasus Perikanan

Kebanyakan kasus terungkap di wilayah perbatasan.

Rep: Haura Hafizah/ Red: Muhammad Hafil
Patroli Polairud untuk mencegah terjadinya kejahatan perikanan dan kelautan (ilustrasi)
Foto: doc Pertamina
Patroli Polairud untuk mencegah terjadinya kejahatan perikanan dan kelautan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG--Kakorpolairud Baharkam Polri Lotharia Latif mengaku telah berhasil menyelesaikan delapan kasus di bidang perikanan. Kasus tersebut kebanyakan terjadi di wilayah perbatasan Indonesia.

“Tahun ini kami dapat menyelesaikan kasus dua unit kapal ikan asing, ikan campuran sekitar 500 kilogram, cumi kering sekitar 100 kilogram, baby lobster 77.700 ekor, kepiting telur 24 koli (700 kilogram), dan satu kontainer kepiting telur sekitar 645 box,” katanya saat konferensi pers di Mako Polisi Udara, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (3/11).

Baca Juga

Kemudian, kata dia, kasus yang sulit ketika menangani kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah Indonesia. Kapal tersebut mengambil Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Indonesia. Saat itu, harus ada koordinasi khusus dengan kedutaan besar, Kementerian Kelautan, dan Perikanan (KKP), dan imigrasi. Lalu, letak lokasi juga sebagai penghambat untuk menangkap kapal-kapal asing. Sebab, kebanyakan para kapal asing ke wilayah Natuna, Riau. Wilayah tersebut jauh dari perairan Indonesia.

Lotharia melanjutkan kasus lain yang sering terjadi adalah penyelundupan benih kepiting. Benih kepiting kebanyakan dikirim ke Taiwan. Padahal, sudah ada peraturan untuk melakukan pengiriman apapun ke luar negeri. Tetapi ada saja yang melanggar untuk mengirimkan ke Taiwan tidak sesuai peraturan.

“Kalau wilayah penyelundupan baby lobster kebanyakan di daerah Kepi, Papua, Jawa Barat, Pantai Pangandaran, dan Jambi. Itu merupakan jalur-jalur penyelundupan baby lobster ke negara-negara tetangga. Paling banyak kalau sekarang Jawa Timur. Kemarin sempat digagalkan ke Vietnam,” kata dia.

Sementara itu, Lotharia menambahkan selalu melakukan penyuluhan terhadap nelayan-nelayan di Indonesia khususnya di daerah perbatasan. Ia memberikan bendera merah putih dan mengimbau agar para nelayan menerapkan nilai-nilai pancasila.

Sehingga para nelayan tidak menganut paham radikalisme.“Jadi, kami sering naik kapal ke daerah perbatasan Indonesia dengan Singapura. Kami lakukan penyuluhan dan memberikan bendera merah putih agar dipasang di kapalnya para nelayan tersebut. Rutin kok sebulan satu kali atau kalau ada kapal yang menuju kesana kami kunjungi mereka,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement