REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI bekerja sama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), UN Resident Coordinator Office (UNRCO), serta UNESCO Indonesia menyelenggarakan kegiatan UN Day 2019 pada Senin (2/12) di Perpustakaan Nasional, Jakarta. Temanya mengambil gagasan dari warisan budaya Indonesia.
"Saya berharap kegiatan UN Day tahun ini dapat memberikan perspektif yang utuh kepada kita semua mengenai kekayaan warisan yang kita miliki, serta memberikan pemahaman mengenai arti penting menjaga warisan kita untuk perdamaian dan pembangunan berkelanjutan," ujar Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemenlu, Febrian Ruddyard dalam sambutannya, Senin (2/12).
Kegiatan UN Day kini telah menjadi kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Kemenlu. Tahun ini, UN Day 2019 mengambil tema "Warisan Kita untuk Perdamaian dan Pembangunan Berkelanjutan".
Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kesadaran, mengumpulkan aspirasi dan pandangan terhadap warisan Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan internasional melalui badan PBB.
"Ini juga guna mendorong pemeliharaan perdamaian dunia dan pencapaian tujuan-tujuan agenda pembangunan berkelanjutan," kata Febrian.
Pada kesempatan yang sama, Direktur UNESCO Jakarta Shahbaz Khan, dalam sambutannya mewakili UN Resident Coordinator di Indonesia, menggarisbawahi pentingnya pengurangan ketimpangan sosial. Menurutnya hal itu merupakan kunci dari agenda pembangunan yang berkelanjutan di mana kebudayaan berperan sangat penting mencapai tujuan tersebut.
Dalam peringatan UN Day 2019, masyarakat Indonesia dapat mengikuti serangkaian talk show interaktif, pameran sejumlah benda atau foto sejumlah warisan budaya, alam, geopark, dan cagar biosfer. Itu semua merupakan kolektif dunia yang telah mendapatkan pengakuan dari PBB, UNESCO serta pertunjukan budaya yang dikhususkan pada seni budaya yang berasal dari daerah atau kesenian yang telah mendapatkan pengakuan dari PBB.
Sejak resmi menjadi anggota PBB ke-60 pada 28 September 1950, Indonesia senantiasa menjadi pendukung aktif multilateralisme dan menjaga perdamaian dunia melalui berbagai fora dan platform PBB. Termasuk melalui program UNESCO sebagai salah satu badan PBB dalam menjawab tantangan perdamaian dan pembangunan berkelanjutanz Konsep universal dalam Warisan Dunia memaknai suatu warisan bukan hanya sebagai milik satu negara atau bangsa, tetapi milik seluruh bangsa di dunia yang akan diturunkan dari generasi ke generasi.
Hingga saat ini, Indonesia terus berkontribusi aktif dalam program Warisan Dunia.
Sebut saja di tahun 2019, sebanyak empat situs di Indonesia telah memperkaya daftar Tetapan UNESCO, yakni: (1) Tambang Batubara Ombilin sebagai Warisan Budaya Dunia; (2) Cagar Biosfer Togean Tojo Una-Una; (3) Cagar Biosfer Samota yang baru saja ditetapkan sebagai World Network of Biosphere Reserves; (4) serta Kota Ambon sebagai Kota Musik Dunia sebagai bagian dari Creative Cities Network.
Dengan masuknya empat situs tersebut, kini telah terdapat 50 warisan nasional Indonesia yang mendapat pengakuan dunia, yang terdiri dari 5 situs Warisan Budaya; 4 situs Warisan Alam; 9 Warisan Budaya Tak Benda; 4 Global Geopark; 16 Cagar Biosfer; 3 kota dalam Creative City Network, 1 kota mendapat penghargaan Learning City Award, serta delapan warisan dokumenter sebagai Ingatan Kolektif Dunia.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid memaparkan beberapa tantangan yang dihadapi terkait warisan budaya. Antara lain adalah konflik, perang, urbanisasi, pembangunan, dan bencana alam. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat terkait warisan budaya yang tidak hanya dilindungi, tetapi juga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penetapan warisan Indonesia sebagai Warisan Dunia pun tidak hanya membawa manfaat bagi Indonesia, tetapi juga oleh Indonesia kepada dunia. Warisan Indonesia merupakan bagian penting dalam mewujudkan perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.