REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Sebanyak 10 keluarga calon transmigran asal Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dilepas Bupati Bantul untuk segera diberangkatkan ke lokasi pemukiman transmigrasi Tanjung Buka SP, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Senin (2/12).
"Penempatan transmigran di Satuan Permukiman Tanjung Buka SP, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara merupakan hasil sharing APBD Kabupaten Bantul sebesar Rp 700 juta untuk 10 KK," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul Sulistyanto di sela pelepasan transmigran, Senin.
Mereka terdiri atas dua kepala keluarga berasal dari Desa Munthuk, Kecamatan Dlingo, tiga KK berasal dari Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, serta dari Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Desa Jambi dan, Kecamatan Banguntapan, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, dan Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden masing-masing satu keluarga.
Tingkat pendidikan kepala keluarga, yaitu lulusan Sekolah Dasar (SD) satu orang, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) dua orang, kemudian SMA sederhana tujuh orang. Masing-masing keluarga mendapat penghargaan berupa uang Rp 10 juta.
Setelah dilepas Bupati Bantul, para calon transmigran akan ditampung di penampungan DIY di Transito Tegal Rejo bersama para calon transmigran asal DIY lainnya. Beberapa hari sebelumnya hingga Senin (2/12) pagi, ditampung di Transito Disnakertrans Bantul.
"Pemberangkatan calon transmigran dari Bantul bersama-sama dengan dari DIY pada 4 Desember 2019 dengan pesawat udara, didampingi petugas dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul dan DIY," katanya.
Suharsono memberikan apresiasi kepada para calon transmigran yang mempunyai niat dan kemantapan mengikuti program transmigrasi. Transmigran memiliki sumbangsih dalam mengembangkan wilayah dan kawasan dalam membantu percepatan pembangunan.
Oleh karena itu, ia berpesan kepada keluarga transmigran agar menguatkan mental, gigih, ulet, serta pantang menyerah dalam bekerja keras, kemudian berkomitmen memberikan yang terbaik bagi masa depan keluarga. "Pesan khusus untuk ibu-ibu agar selalu mendampingi suami dan putra-putri di lokasi transmigrasi, agar semua keluarga kerasan. Dan yang penting jadilah warga pendatang yang dapat berbaur dengan masyarakat setempat, hormati setiap perbedaan dan jadikan sebagai perekat dalam bermasyarakat," katanya.
Pasangan suami-istri calon transmigran asal Sukorame, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Arif Agung Rohmadi dan Susi Wulandari, mengaku optimistis kehidupan dan kesejahteraannya lebih baik dengan mengikuti program transmigrasi. "Selama di Bantul saya bekerja serabutan karena susah mencari pekerjaan, mudah-mudahan nanti di lokasi transmigrasi saya bisa bercocok tanam," kata Arif yang memiliki dua anak, masing-masing berusia dua tahun dan tiga bulan.