Senin 02 Dec 2019 12:24 WIB

Seluruh Anak Indonesia Harus Memiliki Akta Kelahiran

Seluruh Anak Indonesia Harus Memiliki Akta Kelahiran

Rep: Selamat ginting/ Red: Muhammad Subarkah
Kampanye perlindungan anak dari Kekerasan seksual.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Kampanye perlindungan anak dari Kekerasan seksual.

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis perlindungan anak  harus memperjuangkan agar seluruh anak Indonesia memiliki akta kelahiran. Akta kelahiran adalah hak anak sesuai Konvensi Hak Anak (KHA) untuk melanjutkan sekolah.

"Semua kader Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) harus memastikan semua anak di wilayahnya memiliki akta kelahiran," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (PPPA), Gusti Ayu Bintang Puspayoga dalam acara Jambore Nasional Kader Masyarakat Indonesia Bersama Lindungi Anak (Kami Berlian) di Ancol, Jakarta, Rabu (27/11) malam lalu.

Ia meminta para aktivis memperjuangkan anak-anak di desanya memiliki akta kelahiran. Sebab akta kelahiran merupakan kunci untuk bisa mengenyam pendidikan. Ia pun meminta agar para kader perlindungan anak memperjuangkan agar anak-anak Indonesia bisa bersekolah lebih tinggi.

"Kalau mau sekolah harus ada akta kelahiran. Yang tidak punya akta tidak bisa sekolah. Ini harus diperjuangkan para aktivis," papar Menteri PPPA.

 

Bintang mengaku bangga dengan Ketua Forum Anak Desa Kombapari, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Roslinda yang memperjuangkan anak-anak di wilayahnya mendapatkan akta kelahiran.

Dia mengungkapkan, tidak boleh ada air mata dalam memenuhi hak dan perlindunga bangsa, harus terus semangat melindungi anak-anak Indonesia. Aktivis perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat dan fasilitator daerah yang membantu, adalah sukarelawan sejati.

“Mereka memiliki niat yang tulus dan ikhlas dalam memenuhi hak dan melindungi anak- anak Indonesia,” ujar Menteri PPPA, Bintang di depan sekitar 600 aktivis dalam acara Jambore Nasional Kami Berlian,

Gerakan PATBM diinisiasi sejak 2016 di 136 desa sebagai model. Diharapkan mereka menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan hak dan perlindungan bagi anak-anak kita di seluruh Indonesia.

Beberapa pengalaman di daerah membuktikan bahwa konsep PATBM benar – benar mampu menumbuhkan isiniasi masyarakat dalam menemukenali, menelaah, memahami, dan mengambil inisiatif untuk memecahkan permasalahan yang ada secara mandiri.

Indikator keberhasilan PATBM di antaranya mampu mengenali norma positif,  mengembangkan norma positif, dan mengenali norma negatif di sekeliling mereka. Selain itu, meningkatkan keterampilan pola asuh antara anak, orang tua, masyarakat, dan mampu merespons kasus.

Selain mengukuhkan 560 aktivis PATBM Kami Berlian, Menteri Bintang juga menyerahkan penghargaan kepada 20 Aparat Penegak Hukum (APH), Mabes Polri dan Polda Metro Jaya atas keberhasilan mereka menindaklanjuti laporan kasus kekerasan terhadap anak.

Menteri Bintang juga mengatakan, Kementerian/Lembaga (K/L), Pemerintah Daerah dan semua pihak termasuk masyarakat dan orang tua harus bersinergi untuk mendukung penurunan angka kekerasan terhadap anak, tidak terkecuali para APH, Polri, dan Jaksa.

Mobil Perlindungan

Ketua Komisi VIII DPR RI, Yandri Susanto yakin dengan dukungan aktivis PATBM, Indonesia harus optimis wujudkan perlindungan anak. "Saya yakin Indonesia akan mencatat sejarah terkait usaha para aktivis PATBM. Kita jangan pernah menyerah, banyak anak bangsa yang ingin ikut mengupayakan perlindungan anak," ujar Ketua Komisi VIII DPR RI, Yandri Susanto.

Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan peluncuran aplikasi dan website Kami Berlian oleh Menteri Bintang. Sebelumnya, para aktivis PATBM mendapatkan pelatihan terkait penggunaan aplikasi Kami Berlian.

“Melalui aplikasi Kami Berlian, kita bisa melaporkan kejadian yang menimpa anak – anak Indonesia kapan pun dan di mana pun. Tujuan dari aplikasi ini adalah memperoleh laporan terkait kejadian yang menimpa anak yang perlu pertolongan, dan mempercepat merespon kasus. Kita harus memanfaatkan teknologi untuk mencegah kekerasan terhadap anak,” ujar Deputi Perlindungan Anak, Kementerian PPPA, Nahar.

Menteri Bintang juga meresmikan peluncuran 70 Mobil Perlindungan Perempuan dan Anak (MOLIN) kepada Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan sosialisasi, koordinasi antar unit layanan dan, upaya penjangkauan anak korban kekerasan.

Ia menyampaikan apresiasinya kepada para fasilitator daerah, aktivis desa/kelurahan dan APH yang ikut berkomitmen mendukung program prioritas Presiden RI.

Jangan menyerah

Dalam kegiatan Jambore Nasional Kami Berlian, para aktivis PTBM menghasilkan deklarasi. Pertama; Menjaga keberlanjutan PATBM sebagai gerakan nasional perlindungan anak Indonesia. Kedua; Peduli terhadap pemenuhan hak anak. Ketiga; Memperkuat peran keluarga dalam pengasuhan anak.

Keempat; Meningkatkan kemampuan anak dalam melindungi diri dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya. Kelima; Mencegah perkawinan usia anak dan mempekerjakan anak. Keenam; Membangun lingkungan masyarakat yang responsif dan antisipatif terhadap kasus kekerasan pada anak melalui website kamiberlian.id

Di sisi lain, Deputi Pelindungan Anak Kementerian PPPA, Nahar mengharapkan Jambore Nasional Kami Berlian diikuti para aktivis PATBM dapat semakin meluas.

"Saat ini PATBM sudah ada di 764 desa/kelurahan di 148 kabupaten/kota. Dengan gerakan yang semakin meluas, kami yakin Indonesia Layak Anak 2030 bisa dicapai," tutur Nahar.

Nahar mejelaskan bahwa PATBM dibentuk untuk merespon tingginya kasus kekerasan terhadap anak di masyarakat. Melalui gerakan ini, Kemen PPPA mengajak semua unsur sampai pemerintahan terbawah di Desa/Kelurahan untuk menyelesaikan masalah kekerasan pada anak di masyarakat, upaya penerapan perlindungan anak, mencegah kekerasan terhadap anak, dan menanggapi kekerasan.

Ia mengakui ada hambatan terbatasnya SDM potensial untuk pengembangan PATBM. Sementara isu anak semakin banyak dan berkembang; terjadinya regenerasi aktivis Desa/Kelurahan PATBM; Indonesia mempunyai kultur, budaya, dan agama yang berbeda-beda.

“Sinergitas dari berbagai lembaga kemasyarakatan juga sangat diperlukan untuk mendukung berbagai kegiatan PATBM agar terlaksana dengan baik,” pungkas Nahar.

Saat penutupan jambore nasional aktivis perlindungan anak tersebut, Kamis (28/11) malam, grup music D’Masiv turut menyemarakkan acara. Rian Ekky Pradipta melantukan lagu berjudul ‘Jangan menyerah’. Peserta jambore pun turut bernayanyi bersama.

“Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pasti kan menunjukkan, kebesaran kuasa-Nya. Bagi hamban-Nya yang sabar, dan tak kenal menyerah. Jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah….”  

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement