Senin 02 Dec 2019 07:14 WIB
SEA Games 2019

Target Medali Meleset, Atlet SEA Games Diminta Bangkit

Sejumlah cabang gagal mencapai target perolehan medali.

Pembalap sepeda Indonesia Zaenal Fanani (kedua kiri) berpacu dengan pembalap lainnya dalam pertandingan balap sepeda Cross Country SEA Games 2019 di kawasan Batangas, Filipina, Minggu (1/12/2019).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Pembalap sepeda Indonesia Zaenal Fanani (kedua kiri) berpacu dengan pembalap lainnya dalam pertandingan balap sepeda Cross Country SEA Games 2019 di kawasan Batangas, Filipina, Minggu (1/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,

Frederikus Bata dari Manila, Filipina

Baca Juga

MANILA -- Kontingen Indonesia harus puas dengan tambahan satu perolehan medali emas pada hari pertama perhelatan SEA Games 2019, Ahad (1/12). Medali emas diraih pada cabang olahraga dancesport di nomor women breaking.

Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali yang hadir untuk menyemangati para atlet bersyukur atas pencapaian kontingen Indonesia sejauh ini. Namun, ia berharap para atlet yang gagal meraih medali dan masih memiliki kesempatan bertanding dapat bangkit pada laga-laga selanjutnya.

Zainudin berpesan agar seluruh cabang yang sudah bertanding melakukan evaluasi menyeluruh. "Itu bisa menjadi bahan perbaikan di hari-hari berikutnya," kata Zainudin di World Trade Center, Metro Manila, Ahad (1/12).

Sejumlah cabang gagal mencapai target perolehan medali. Salah satunya wushu yang pada hari pertama diharapkan bisa meraih minimal satu medali emas. Menpora mengaku tak mempermasalahkan hal tersebut. "Kita bisa membuat target, tapi kita tidak bisa memastikan target itu tercapai atau tidak. Ada yang kita tidak targetkan, ternyata dapat, contoh polo air. Masih banyak pertandingan," ujarnya.

Ia menegaskan, fokus kontingen Indonesia pada ajang SEA Games 2019 adalah untuk mematangkan para atlet muda. Maklum, hampir 60 persen atlet yang dikirim ke ajang olahraga dua tahunan ini merupakan atlet muda. Pematangan atlet muda diperlukan karena Indonesia sedang mempersiapkan diri menuju Olimpiade 2032. Di ajang level dunia itu, Indonesia juga sedang berjuang menjadi tuan rumah.

Seperti dilaporkan Republikbola, Indonesia sampai hari Ahad sudah mengoleksi dua medali emas. Medali emas perdana disumbangkan tim polo air putra pada Jumat (29/11) atau sehari sebelum SEA Games resmi dibuka. Emas kedua pada cabang dancesport disumbangkan Dwi Cindy Desyana. Pada final di Royce Hotel, Clark, Ahad, Cindy mengalahkan atlet Filipina, Debby Hate, dengan skor 3-2.

Indonesia mengirimkan 10 atlet untuk cabang dancesport. Mereka adalah Titanno Dahono, Albert Yuwono, I Gusti Aditya Surya, Jericho Sampurna, Hanafi, Ratu Nurchoiriah, Tania Tungka, Putu Anandar, Ruci Anggraini, Dwi Cindy Desyana. Pada lomba yang berlangsung hanya satu hari pada 1 Desember itu memperebutkan 13 medali emas.

Di kelas standar, terdapat beberapa macam nomor lomba yang dipertandingkan, yakni quickstep, slow foxtrot, tango, vienesse waltz, waltz, dan kombinasi lima tarian tersebut. Adapun di kelas Latin America, terdapat enam tarian yang diperlombakan, yakni cha cha cha, jive, paso doble, rumba, samba, dan kombinasi lima tarian tersebut. Sementara, kelas breakdance mempertandingkan nomor untuk sektor wanita dan pria.

photo
Sejumlah pesepakbola Timnas Indonesia bersitegang dengan pesepakbola Timnas Vietnam pada babak kualifikasi Grup B Sea Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Ahad (1/12).

Dari cabang angkat besi, lifter putri Lisa Setiawati yang ditargetkan meraih medali emas harus puas dengan perolehan medali perak. Lisa yang turun di nomor 45 kilogram finis di peringkat kedua dengan total angkatan mencapai 169 kilogram. Ia kalah dari lifter Vietnam, Vuaong Thi Huyen. Total angkatan snatch dan clean and jerk Huyen mencapai 172 kilogram. "Saya sudah berusaha sekuat tenaga, tapi ini hasil yang Allah berikan pada saya," kata Lisa di Ninoy Aquino Stadium, Ahad (1/12).

Perak berikutnya dipersembahkan tim sepak takraw putri pada nomor hoop. Dalam pertandingan yang berlangsung di Subic Gym, Manila, Filipina, kemarin, Indonesia harus puas naik podium kedua setelah kalah dengan selisih satu gol dari tuan rumah. "Rasanya luar biasa bisa menyumbangkan medali perak karena memang persiapan kami minim sekali," kata kapten tim, Dini Mitasari.

Di sepak takraw putri, Indonesia bersaing ketat dengan Filipina, Myanmar, dan Laos. Pertandingan memakai sistem the best poin. Tim yang tampil harus meraih poin tertinggi agar menjadi juara. Total angka Filipina mencapai 670, sedangkan skuat Merah Putih mengemas 660 angka. Di tempat ketiga ada Myanmar dengan 640 poin.

Untuk medali perunggu, tim triatlon Indonesia menyumbang dua medali. Medali tersebut tercatat atas nama Muhammad Ahlul Firman dan Nethavanie di Subic Bay Boardwalk.

Lifter putra Surahmat Wijoyo turut menyumbang medali perunggu. Surahmat yang turun di kelas 55 kg putra berada di peringkat ketiga dengan total angkatan 250 kg. Medali emas direbut lifter Vietnam, Lai Gia Than, dengan total angkatan 264 kg. Sedangkan, medali perunggu diraih lifter tuan rumah Filipina, John Fabliar Cenzia, dengan total angkatan 262 kg.

Surahmat merasa kecewa karena meraih medali perunggu. "Target saya bisa mendapatkan medali perak atau emas," kata Surahmat setelah bertanding, di Kompleks Olahraga Rizal Memorial, Manila.

Menurut lifter berusia 31 tahun itu, ia seharusnya berpeluang merebut medali perak. Pada percobaan untuk angkatan clean and jerk, ia sebetulnya berhasil mengangkat beban seberat 144 kilogram. Namun, hasil itu dianulir wasit.

Keputusan pengadil tersebut membuat mental Surahmat jatuh. Dia pun gagal mengangkat beban 144 kilogram clean and jerk di kesempatan kedua. Angkatan terbaiknya pun tetap di 140 kilogram.

"Saya juga sangat kecewa dengan hal itu. Akan tetapi, keputusan wasit tidak bisa diganggu gugat. Sepertinya, wasit menganggap tangan kiri saya agak goyang saat mengangkat barbel," tutur Surahmat. n frederikus bata/antara ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement