Jumat 29 Nov 2019 17:15 WIB

BMKG Jelaskan Fenomena 200 Hari tanpa Hujan di Indonesia

Topografi Indonesia yang beragam membuat perubahan cuaca di tiap daerah berbeda.

Sejumlah embung tampak mulai menipis airnya akibat kekeringan yang melanda Kota Kupang, NTT, Senin (5/8/2019).
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Sejumlah embung tampak mulai menipis airnya akibat kekeringan yang melanda Kota Kupang, NTT, Senin (5/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Sub Bidang Analisis dan Informasi Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Adi Ripaldi menjelaskan perihal beberapa daerah mengalami 200 hari tanpa hujan. Sejauh ini, musim hujan belum merata di Indonesia, sehingga masih ada wilayah yang belum turun hujan.

Sejumlah daerah di Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur mengalami 200 hari tanpa hujan. "Sampai akhir tahun baru hujan," kata Adi di sela konferensi pers di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Jakarta, Jumat (29/11).

Hingga pertengahan Novemver 2019, menurut dia, baru 16 persen wilayah Indonesia yang memasuki musim hujan. Ia mengatakan bahwa hujan tidak turun merata di semua wilayah karena bentang alam Indonesia sangat bervariasi sehingga memicu keragaman cuaca.

"Hujan belum merata karena topografinya, ada lembah puncak, daratan, dan sebagainya. Kondisi permukaan laut kita terlalu dingin sehingga tidak menguap membentuk awan, hujan hanya terjadi di spot-spot (titik-titik) tertentu saja," katanya.

Adi menjelaskan pula bahwa musim hujan 2019/2020 di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Banten kebanyakan bermula akhir November dan awal Desember.

Sedangkan wilayah seperti Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Papua, dan Kalimantan, menurut dia, umumnya baru memasuki musim penghujan pada awal sampai pertengahan Desember.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement