Kamis 28 Nov 2019 17:51 WIB

Anggaran Jakpro Dipotong DPRD, Hotel Batal Dibangun di TIM

Rencana pembangunan hotel bintang lima dalam proyek revitalisasi TIM dibatalkan.

Rep: Amri Amrullah, Antara/ Red: Andri Saubani
Revitalisasi Taman. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto, Budayawan Salim Said (dari kiri) saat melihat maket pembangunan Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Rabu (3/7).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Revitalisasi Taman. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto, Budayawan Salim Said (dari kiri) saat melihat maket pembangunan Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Rabu (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah mendapatkan protes dan kritik dari para seniman dan penggiat budaya, rencana pembangunan hotel bintang lima di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) akhirnya dibatalkan. Kepastian pembatalan itu dengan dipotongnya anggaran revitalisasi TIM yang terkait pembangunan hotel bintang lima.

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi menyebut hasil kesepakatan di Badan Anggaran (Banggar), anggaran ke PT. Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk pembangunan hotel di TIM dalam Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) sudah dipotong. Dengan demikian, ia memastikan rencana pembangunan hotel bintang lima dalam proyek revitalisasi TIM sudah dibatalkan.

Baca Juga

"Enggak, enggak, enggak ada hotel. Sudah kita potong Rp 400 miliar. Cuma kita kasih untuk TIM Rp 200 miliar. Tidak ada boleh hotel. Revitalisasi ya revitalisasi yang baiklah. Jangan sampai ada komersilnya. Kiri-kanan kan udah ada hotel," kata Prasetio kepada wartawan, Kamis (28/11).

Prasetio yang juga Ketua Banggar ini menekankan proses revitalisasi TIM bukan berarti membangun bangunan baru seperti hotel bintang lima, yang menurutnya tidak perlu. Sebab, ia melihat seniman dan budayawan tidak membutuhkan fasilitas hotel bintang lima. Menurut dia, hadirnya hotel bintang lima itu justru terkesan menkomersialisasikan kawasan TIM yang kental dengan kebebasan kreatifitas seni dan budaya.

"Jangan sampai hotel bintang lima di TIM ini hanya disasar unsur komersilnya, karena ini ruang kreativitas seniman. Tidak bisa kita menyasar komersial, justru akan menghilangkan kreativitas seniman dan budayawan itu," terang Prasetio.

Dengan dipangkasnya anggaran revitalisasi TIM khusus pada pembangunan hotel bintang lima, maka turun pula Penyertaan Modal Daerah (PMD) ke PT. Jakpro oleh Pemprov DKI. Secara keseluruhan, PMD untuk Jakpro dipangkas Rp 1,9 triliun. Komisi B DPRD DKI Jakarta mulanya merekomendasikan PMD untuk Jakpro sebesar Rp 4,6 triliun.

Terkait pemangkasan anggaran revitalisasi TIM, khususnya pada pembangunan hotel bintang lima tersebut, Sekretaris Perusahaan PT. Jakpro, Hani Sumarno mengatakan tidak bisa berbuat banyak dengan pemotongan anggaran tersebut. Namun, ia akan menyesuaikan dengan pihak manajemen terkait besaran anggaran baru yang disepakati DPRD setelah pemangkasan.

"Aspirasi yang disampaikan dewan kami terima. Jakpro kan penugasan, semua langkah yang dilakukan kami harus atas persetujuan dari pihak yang menugaskan, dalam hal ini Pemprov. Nanti kita coba, belum ada hasil akhir. baru kemarin dipotong, kami bawa ke manajemen, untuk kemudian dilakukan perubahan," katanya.

Hani menjelaskan wisma atau hotel di TIM itu bagian kecil dari rencana revitalisasi gedung yang di dalamnya ada plaza untuk para seniman berdiskusi ekpresi latihan, perpustakaan, galeri seni Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin. Sebenarnya, kata dia, tahap pertama adalah pembangunan gedung baru yang didalamnya ada hotel tersebut.

"Setelah groundbreaking sudah ada kontraknya. Kami sudah kontrak," terangnya.

Karena itu ia memastikan setelah pemangkasan ini pihaknya akan berbicara terlebih dahulu dengan berbagai pihak, termasuk kontraktor. Karena, anggaran yang disiapkan hanya sebesar Rp 200 miliar.

Humas PT Jakpro Yeni sebelumnya menerangkan, Wisma TIM peruntukannya tidak hanya sebagai penginapan. Nantinya, di sana akan ada fasilitas lain untuk digunakan seniman berlatih dan keperluan lainnya.

"Wisma TIM itu tidak hanya penginapan. Ada susunannya, ada fasilitas lain yang bisa digunakan untuk para seniman berlatih," kata  untuk revitalisasi tim Yeni saat ditemui di Jakarta, Selasa (26/11).

Yeni menjelaskan, nantinya wisma tim akan dibangun dengan 14 lantai dengan rincian, yaitu lantai 1-3 sebagai fasilitas ruang publik seperti galeri kesenian untuk menaruh lukisan-lukisan para seniman serta gerai-gerai untuk usaha ritel. Galeri kesenian itu nantinya diperuntukkan untuk menggantikan ruang Penyimpanan Barang Seni yang sebelumnya mengalami kerusakan pada bagian plafon dan lukisan-lukisan yang ada tertumpuk.

Selanjutnya, menurut Yeni, di lantai 5-6, akan diisi oleh perpustakaan dengan gaya moderen yang sederhana untuk mengganti Perpustakaan Umum DKI Jakarta yang juga termasuk bagian kawasan TIM. Lantai ketujuh akan didedikasikan sebagai Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang baru.

"Tentu dengan konsep modern dan tertata dengan rapi," ungkapnya.

Yeni mengatakan, lantai ke 8-14 nantinya akan dijadikan penginapan dengan standar fasilitas hotel berbintang empat dan dapat disewa oleh masyarakat umum. Berdasarkan data yang dipaparkan Jakpro dalam jumpa pers Senin (25/11) diketahui penginapan berbintang empat itu akan berkapasitas sebanyak 200 kamar.

Jakpro mengatakan, nantinya penginapan Wisma TIM berbintang empat itu akan membantu seniman untuk mengumpulkan biaya perawatan pusat kesenian Jakarta itu.

"Nantinya (hotel) hasilnya itu jadi optimalisasi, bukan komersialisasi. Itu akan dikembalikan kepada TIM juga. Siapa pun yang mengurus, bahkan kalau Jakpro tidak jadi pengelola, ya tidak masalah juga," kata Direktur Utama Jakpro Dwi Wahyu Marwoto.

In Picture: Revitalisasi Taman Ismail Marzuki

photo
Warga melintas di dekat papan pemberitahuan revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Selasa (26/11).

Protes seniman

Sebelumnya, belasan seniman dan budayawan yang sering terlibat di TIM dan mereka yang peduli dengan nasib kesenian dan kebudayaan disana menyatakan protes kerasnya kepada Pemprov DKI Jakarta terkait revitalisasi kawasan seni dan budaya TIM ini. Protes keras ini dikarenakan banyak unsur kebebasan berkesenian dan budaya mulai tersingkirkan, dengan revitalisasi besar-besaran kawasan TIM ke arah komersialisasi. Puncaknya adalah penolakan para seniman dan budayawan dengan rencana PT. Jakpro membangun hotel bintang lima di kawasan TIM ini.

Sastrawan dan budayawan terkenal, Radhar Panca Dahana yang sudah bertahun-tahun hidup dengan nuansa seni dan budaya di TIM menyatakan protes kerasnya. Ia bersama belasan para seniman dan budayawan mendatangi DPRD menyampaikan penolakan pembangunan hotel berbintang lima di kawasan TIM ini.

"Revitalisasi TIM ini termasuk pembangunan hotel bintang limanya arus dihentikan atau diubah sesuai keinginan dan kemauan para seniman dan budayawan," ujar Radhar.

Penulis esai dan kumpulan puisi serta sajak ini menilai pihak Pemprov DKI jangan keras kepala memaksakan pembangunan hotel bintang lima di kawasan TIM. Ia menyarankan ada baiknya Pemprov DKI mengajak kawan kawan seniman dan budayawan, mendengarkan aspirasi di seniman dan budayawan, yang sebenar-benarnya budayawan.

Ia menilai ada baiknya dalam konteks revitalisasi TIM seluruh proyek ijin kontraknya di moratorium. Termasuk, kata dia, soal pembangunan gedubg hotel berstandar bintang lima.

"Jadi tidak ada komersialisasi apa pun di tanah TIM," tegasnya.

Kalau mau dilanjutkan, sambung dia, perlu dibicarakan dulu secara jernih oleh para seniman, dan jangan lupa menyerap aspirasi mereka. "Hindari upaya profit oriented, dalam pengelolaan seni dan bidaya, ini harus dipegang oleh Pemda DKI," katanya menekankan.

photo
Pengarang, Radhar Panca Dahana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement