Jumat 29 Nov 2019 10:30 WIB

Muhammadiyah di Mata Pemerintahan Turki

Turki mengapresiasi dan terpukau dengan peran Muhammadiyah di Indonesia.

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Muhammadiyah di Mata Pemerintahan Turki
Muhammadiyah di Mata Pemerintahan Turki

ANKARA, Suara Muhammadiyah – Pemerintahan Turki melalui lembaga Dianet atau badan Kementerian yang mengurus persoalan keagamaan, sangat mengapresiasi dan terpukau dengan peran dan gerakan organisasi Muhammadiyah di Indonesia.

Apresiasi ini disampaikan langsung oleh Wakil Kementerian Dianet, Prof. Salim Arkoun dihadapan Rombongan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Majelis Diktilitbang saat bertandang ke kantor Dianet di Ankara, Rabu (27/11).

“Saya memang belum pernah berkunjung ke Indonesia. Namun walaupun demikian, saya sangat mengenal Muhammadiyah. Maka, jika ada pertanyaan kepada saya tentang Muhammadiyah, jawabannya ada 2, Pertama, bahwa Muhammadiyah itu adalah organisasi seperti negara, dan kedua, bahwa Muhammadiyah itu organisasi yang sangat mendalam pengetahuannya tentang Islam,” tutur Salim Arkoun.

Pengetahuan Salim Arkoun tentang Muhammadiyah, dia kenal sejak mempelajari penyebaran Islam di berbagai benua, diantaranya penyebaran Islam di Afrika Selatan. Menurut Arkoun, penyebaran Islam awal di Afrika Selatan, justru dilakukan oleh ulama Indonesia, salahsatunya adalah Syekh Yusuf Al Makassari, yang kemudian dilanjutkan oleh ulama Turki Ustmani.

“Jadi saya melihat nenek moyang kita dahulu, begitu hebat dan berani menyebarkan Islam ke berbagai benua, namun langkah itu sudah semakin kecil diwariskan generasi hari ini,” ungkap Salim Arkoun.

Oleh karenanya, Salim berharap, kehadiran Muhammadiyah di Dianet Turki, menjadi tanda bagi kebangkitan hubungan Islam di Indonesia dan Turki. Apalagi selama ini, belum ada hubungan yang benar-benar terjalin serius antara Turki dengan antar benua. Maka hubungan Dianet dengan Muhammadiyah ke depan, harus kita wujudkan secara nyata, apalagi kami sangat mengenal Muhammadiyah.

“Saat masa Ustmani, hubungan antar ulama dan jaringan Islam antar benua begitu kuat dan baik. Akan tetapi belakangan ini semakin melemah, kami tidak mau lagi terjadi seperti ini, kami ingin melalui Muhammadiyah, kita memiliki hubungan dan kerjasama yang kuat,” tuturnya penuh harap.

20d3de60-5d79-4598-a12d-46dab00a68f2

Merespon apresiasi dan pandangan Salim Arkoun tentang Islam dan Muhammadiyah, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agung Danarto, menyampaikan ucapan terimakasih atas pengetahuan dan apresiasinya tentang Muhammadiyah.

Lebih lanjut, Agung juga merespon untuk mendetailkan kerjasama-kerjasama yang akan dilaksanakan oleh Muhammadiyah dan Dianet, sebab pada prinsipnya, bagi Indonesia, khususnya Muhammadiyah, Turki bukanlah negara atau masyarakat yang jauh. Melainkan seperti saudara kandung yang pernah bersama-sama pada 7 abad silam.

“Kami sangat mengapresiasi untuk kerjasama yang akan kita jalankan. Muhammadiyah dengan seluruh jaringan lembaga pendidikan dan lembaga usaha lainnya, sangat terbuka untuk mewujudkan kerjasama ini ke depan. Karena bagi kami Turki bukanlah ‘saudara jauh’, melainkan saudara dekat yang kurang tegur sapa, maka kami sangat mendukung sekali jika kemitraan ini kita wujudkan. Bahkan bilkhusus, kami mengundang Prof Salim Arkoun, untuk berkunjung ke Muhammadiyah dan Indonesia,” ungkap Angung.

Dalam pertemuan yang berlangsung 1,5 jam ini, selain dihadiri Ketua dan sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, juga ada 12 Rektor PTM, 4 Kepala Sekolah Muhammadiyah dan Direktur Suara Muhammadiyah. (Red)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement