REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Ujang Komaruddin menilai masalah antara Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Indonesia Tri Legionosuko dan Mentri Pertahanan Prabowo Subianto hanyalah salah komunikasi. Kesalahpahaman itu terkait pidato Rektor Unhan yang mengatasnaman Prabowo.
“Ada komunikasi yang miss antara Rektor Unhan dengan Prabowo,” kata Ujang kepada Republika.co.id, dalam pesan tertulis, Senin (25/11).
Seharusnya, kata ujang, miss komunikasi tersebut tidak boleh terjadi dalam sistem komando di TNI. Apalagi antara prajurit dan atasannya.
Seorang prajurit atau bawahan yakni Rektor Unhan, kata Ujang, tidak mungkin berani membacakan pidato atasannya tanpa persetujuan atasan. Sehingga dalam penilaiannya, pasti ada miss komunikasi antara keduanya.
“Dan jika Rektor Unhan berpidato tanpa persetujuan Menhan, itu tanggung jawab pribadi dan bisa saja tak sengaja,” kata dia.
Sehingga menurutnya, baiknya agar masalah tersebut diselesaikan secara internal dengan memanggil langsung rektor Unhan dan meminta klarifikasi. Dengan begitu sambungnya, hubungan baik akan tetap terjaga dan miss komunikasi tersebut dapat terpecahkan.
“Rektor Unhan tak akan berani berpidato dengan mengatasnamakan atasannya tanpa persetujuan atasan. Jika pun, Gerindra tidak setuju atau tidak mengakuinya, sejatinya jangan dibawa ke ranah publik. Selesaikan di internal,” kata dia.
Saat ditanyakan apakah ada kekhawatiran karena acara tersebut terkait PKI, Ujang membenarkan. Menurutnya wajar jika Prabowo berhati-hati karena bagaimana pun acara tersebut berdiskusi mengenai PKI.
“Bisa saja karena temanya tema PKI. Sangat sensitif. Namun kita tahu, baik Rektor Unhan maupun Prabowo, keduanya merupakan tokoh berlatar belakang militer. Jadi tentu keduanya tak ingin PKI bangkit. Ini soal komunikasi yang kurang pas saja. Mungkin (juga) karena menterinya baru,” kata Ujang.