Rabu 20 Nov 2019 14:56 WIB

Badan Geologi: Amblesan Tanah Desa Sila Bukan Akibat Sesar

Masyarakat diminta tenang.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Muhammad Hafil
Tanah amblas (ilustrasi)
Foto: dok. BPBD Kab Bandung
Tanah amblas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan tanah ambles di Desa Sila, Kabupaten Maluku Tengah beberapa hari lalu merupakan fenomena alam adanya tanah merayap (creeping) dari sifat batu gamping koral yang berpotensi membentuk sinkhole (berongga).

"Apa yang terjadi di Sila bukan akibat dari sesar atau patahan. Ini murni faktor geologi dari sifat batugamping koral," kata Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar, Rabu (20/11).

Rudy menegaskan, apabila amblesan tanah di Sila akibat sesar, maka akan bersifat regional atau merambat ke beberapa tempat dan memanjang membentuk sebuah keseluruhan. "Amblesan tanah hanya bersifat lokal, tidak berkembang ke daerah lain," ungkapnya.

Pada Senin (4/11), sekitar pukul 10.00 WIT dilaporkan oleh warga Desa Sila, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah terjadi amblesan tanah sedalam 1 meter dari permukaan tanah dengan membentuk diameter lingkaran hingga 30 meter.

Berdasarkan pengamatan tim Badan Geologi di lapangan, imbuh Rudy, retakan tanah terjadi di lokasi rekahan tanah yang terbentuk pada 2012, akibat rentetan gempa bumi yang terjadi di kawasan Seram dan Banda. Pada saat itu, retakan membentuk lingkaran berdiamter 25 meter.

"Retakan 2012 silam lalu menyebabkan struktur tanah tidak stabil. Ditambah lagi intensitas gempa di Maluku yang cukup tinggi selama tiga bulan terakhir," jelas Rudy.

Menurut Rudy, kejadian serupa sudah pernah terjadi di Kawasan Gunung Karts Yogyakarta dimana tanah membentuk sinkhole kosong persis dengan yang menimpa Desa Sila.

Saat ini, tim Badan Geologi tengah bergerak ke lapangan melakukan kajian dengan menggunakan drone untuk mendapatkan pengamatan visual morfologi. Di samping itu, mereka melakukan Ground Penetrating Radar (GPR) demi mendapatkan data bawah kurang lebih 10 meter.

"GPR akan menentukan daerah void (rongga) untuk menentukan wilayah mana saja yang aman dan berbahaya bagi masyarakat," tutur Rudy.

Rudy pun mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik melihat fenomena alam tersebut dan tetap mengikuti rekomendasi dari Badan Geologi Kementerian ESDM maupun BPBD setempat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement