Selasa 19 Nov 2019 16:23 WIB

Jabar Bentuk Tim Percepatan Wisata Halal

Jabar menempati peringkat ke 6 kategori destinasi wisata halal unggulan di

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Wisata halal.
Foto: Republika.co.id
Wisata halal.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar membentuk tim percepatan wisata halal. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Kadisparbud) Jabar, Dedi Taufik mengatakan Indonesia ditetapkan sebagai destinasi wisata halal (halal tourism) terbaik dunia 2019 standar Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019 mengungguli 130 destinasi dari seluruh dunia.

Dedi menjelaskan, untuk kategori wisata halal di Indonesia, peringkat terbaik diperoleh Lombok. Kemudian disusul Aceh, Kep.Riau, DKI Jakarta, Sumbar, dan  Jawa Barat.

Baca Juga

 

"Jabar tahun ini menempati peringkat ke 6 kategori destinasi wisata halal unggulan di Indonesia. Tahun depan targetnya 3 besar," ujar Dedi kepada Republika.co.id, Selasa (19/11).

Menurut Dedi, tim percepatan dibentuk untuk membantu proses wisata halal di Jabar. Yakni, tim perceptan ini akan membantu bagaimana pengembangan regulasi. Bahkan, termasuk telah mengundang General Manager di hotel-hotel agar menjadi hotel yang halal. Baik dari layanan maupun menu makanan yang disajikan di hotelnya.

Langkah lainnya yang dilakukan Pemprov Jabar, adalah membuat pedoman pariwasata halal yang rumusannya sudah dibuat dengan Bank Indonesia. "Itu kesiapan-kesiapan yang kami lakukan agar wisata halal di Jabar bisa terus berkembang," katanya.

Selain itu, kata dia, untuk mencapai target tiga besar wisata halal unggulan, Pemprov Jabar pun sudah membuat perjanjian kerja sama dengan Kementrian Pariwisata pada 2019 tentang Pengembangan Wisata Halal di Jabar.

Sebagai tahap awal, kata dia, pengembangan wisata halal di Jabar akan fokus ke 4 kabupaten/kota di Jabar. Yakni, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Cianjur.

Dikatakan Dedi, Pemprov Jabar akan terus mengemas industri produk dan jasa dirancang agar ramah untuk wisatawan muslim. Sehingga, bisa semakin menarik wisatawan muslim agar semakin banyak yang datang ke Jabar.

Dedi menjelaskan, ada beberapa indikator yang membedakan wisata biasa dengan wisata halal. Di antaranya, dilihat dari ada fasilitas ibadah, kamar mandi, air wudhu, pelayanan saat liburan di bulan ramadhan harus ada untuk berbuka dan saur, fasilitasnya harus bisa menjaga privasi tak bercampur baur antara perempuan dan laki-laki.

Sementara berdasarkan rujukan muslim indeks, kata dia, wisata halal ada standarnya. Yakni,  destinasi harus ramah keluarga. Karena berbicara wisata, maka berbicara kepuasan.

"Jadi wisata halal itu harus ramah anak, keamanan terjamin, harus merasa aman,  pilihan makanan halal terjamin, akses ibadah, fasilitas bandara ramah muslim dan lainnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement