Selasa 19 Nov 2019 05:45 WIB

Tausiyah Haedar Nashir di Milad ke-107 Muhammadiyah

Muhammadiyah menggelar resepsi milad ke-107 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Tausiyah Haedar Nashir di Milad 107 Tahun Muhammadiyah
Tausiyah Haedar Nashir di Milad 107 Tahun Muhammadiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Persyarikatan Muhammadiyah menggelar resepsi milad ke-107 di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 18 November 2019, bersamaan dengan tasyakuran milad 100 tahun TK ABA. Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Kauman Yogyakarta pada 18 November 1912.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan tema milad kali ini ‘Mencerdaskan Kehidupan Bangsa’ memiliki makna bahwa Muhammadiyah mengambil spirit iqra yang menjadi wahyu pertama Nabi Muhammad. Cerdas yang dituju oleh Muhammadiyah mencakup keseluruhan makna kecerdasan, baik lahir maupun batin.

“Muhammadiyah membangun akal budi berbasis akhlak mulia. Nabi Muhammad mengubah masyarakat Arab jahiliyah yang semula bodoh dan tertinggal menjadi masyarakat Madinah al-munawwarah, kota peradaban yang maju sampai ke seluruh muka bumi. Islam memeri warna bagi peradaban baru,” tutur Haedar.

Seluruh gerak Muhammadiyah bertujuan untuk membawa umat pada peradaban yang utama. “Muhammadiyah ingin menciptakan khairu ummah (umat terbaik), umat tengahan (ummatan wasathan) yang menjadi syuhada ala al-nas (pelaku sejarah).” Muhammadiyah tidak berpangku tangan, namun terus bergerak untuk menjadi subjek peradaban.

Haedar mengingatkan tentang spirit pendiri Muhammadiyah yang perlu diteladani dan dihidupkan oleh seluruh warga Muhammadiyah. “Kiai Ahmad Dahlan merupakan sosok yang berpikir jauh ke depan. Dengan pemahamannya pada Qur’an, Kiai Dahlan melakukan dakwah dan tajdid.”

Institusi pendidikan Muhammadiyah di seluruh Indonesia mengemban misi mulia untuk mencerdaskan bangsa. “Usaha mencerdaskan tidak kenal lelah dan henti.” Seluruh gerak Amal Usaha Muhammadiyah, kata Haedar, adalah bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Setelah perjalanannya 107 tahun, ungkap Haedar, Muhammadiyah akan terus mencerahkan semesta untuk kemajuan kemanusiaan universal.

Terakhir, Haedar berpesan tentang agenda Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta. “Kita berharap muktamar menjadi momentum kita untuk muhasabah dan refleksi kiprah Muhammadiyah selama ini, serta menjadi ajang untuk menjalin ukhuwah,” tukas Haedar Nashir. (ribas)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement