REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Josua Pardede menilai potensi Indonesia mengalami resesi ekonomi tergolong kecil. Pasalnya, sebagian besar pertumbuhan ditopang sektor konsumsi rumah tangga yang masih kuat.
"Saya meyakini ekonomi kita masih tumbuh solid, meski IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tapi masih tetap solid di kisaran lima persen," katanya dalam Forum Merdeka Barat di Jakarta, kemarin.
Menurut ekonom Bank Permata itu, konsumsi rumah tangga yang menyumbang 56 persen terhadap pertumbuhan ekonomi, diyakini membuat Indonesia bertahan dari ancaman resesi.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga sedang menggenjot investasi dengan menyediakan insentif, reformasi birokrasi, dan perizinan yang diharapkan semester kedua 2020, investasi RI semakin menarik.
Selain ditopang konsumsi domestik yang besar, alumnus Universitas Amsterdam, Belanda itu menambahkan, komponen ekspor Indonesia yang tergolong kecil juga menjadi penyebab RI tidak kena resesi ekonomi.
Ia mencatat ekspor Indonesia mencapai 16 persen, lebih rendah dibandingkan Singapura dan Malaysia terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Makanya, transmisi perlambatan global karena perang dagang AS-China ini masih kecil bagiIndonesia karena masih ditopang konsumsi domestik," imbuhnya.
Meski komponen ekspor RI masih kecil, namun ia mengingatkan agar pemerintah melakukan antisipasi karena pasar utama ekspor Indonesia adalah China.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi China dipredikai turun di bawah enam persen tahun 2020 berdasarkan proyeksi IMF. Untuk itu, ia mendorong pemerintah melakukan diversifikasi pasar tujuan ekspor selain China.
Ia menyebut beberapa negara kini mengalami resesi ekonomi di antaranya Argentina dan Turki.
Beberapa negara lain juga mengalami tekanan dan perlambatan ekonomi yang besar di antaranya Jerman dan Singapura