Jumat 15 Nov 2019 16:28 WIB

Sebanyak 19 Bangunan Rusak Akibat Gempa 7,1 SR

Gempa juga mengakibatkan dua orang mengalami luka ringan.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah pasien dan keluarga berkumpul di area parkir rumah sakit yang diungksikan saat terjadi gempa (ilustrasi)
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah pasien dan keluarga berkumpul di area parkir rumah sakit yang diungksikan saat terjadi gempa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate melaporkan bahwa gempa memicu kerusakan bangunan di wilayahnya. BPBD mencatat 19 bangunan mengalami rusak ringan pascagempa yang terjadi Senin (15/11), pukul 00.17 WITA.

Rincian bangunan rusak mencakup 15 rumah, tiga gereja dan satu sekolah. Rumah rusak ringan tersebut terjadi di Kelurahan Lelewi sembilan unit, di Mayau lima unit dan Bido satu unit. Sedangkan gereja masing-masing satu unit rusak pada tiga kelurahan tadi. Fasilitas sekolah rusak teridentifikasi 1 unit di Kelurahan Mayau. Ketiga wilayah kelurahan ini berada di bawah administrasi Kecamatan Batang Dua, yang letaknya di sebuah pulau kecil.

Baca Juga

Di samping bangunan rusak, BPBD mencatat dua orang mengalami luka ringan akibat tertimpa material bangunan. Kedua korban berasal dari Kelurahan Mayau dan Kelurahan Lelewi. Hingga saat ini belum tercatat adanya warga yang mengungsi.

"BPBD Provinsi Maluku Utara telah melakukan koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota, BMKG dan lembaga terkait lain untuk melakukan pendataan pascagempa," Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo, Jumat (15/11).

Sementara itu, sebanyak 87 kali gempa susulan terjadi hingga pukul 11.00 WITA setelah gempa M 7,1 terjadi pada hari ini (15/11), pukul 00.17 WITA. Dari sejumlah gempa susulan tersebut, tujuh di antaranya dirasakan oleh warga. Menurut catatan BMKG, gempa tersebut terjadi hanya 50 kilometer dari kejadian gempa dengan kekuatan yang sama dan mekanisme sama pada 2014.

BPBD Kabupaten Halmahera Barat melaporkan gempa tadi dirasakan sangat kuat sehingga membuat warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Selain itu BPBD Kota Ternate dan Kota Bitung juga melaporkan hal yang sama, warga merasakan gempa yang kuat sehingga mereka mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Agus mengatakan, keunikan fenomena gempa besar ini terjadi pada tanggal yang sama yaitu pada 15 November. Gempa jelang dini hari tadi merupakan gempa dengan mekanisme pergerakan naik atau thrust fault. Gempa tersebut terjadi pada salah satu segmen dengan frekuensi gempa moderate (M 7 - M 7,5) sangat tinggi di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement