Kamis 14 Nov 2019 01:27 WIB

Desa di Cirebon Ditetapkan Percontohan Keuangan Inklusif

Masyarakat di Desa Cirebon diajak beralih ke pembayaran non tunai.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pegawai menunjukkan model layanan uang elektronik (E-Money) berbentuk kartu dari Bank Mandiri, di Jakarta, Selasa (51/7).  (Republika/Prayogi).
Foto: Republika/Prayogi
Seorang pegawai menunjukkan model layanan uang elektronik (E-Money) berbentuk kartu dari Bank Mandiri, di Jakarta, Selasa (51/7). (Republika/Prayogi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) menetapkan Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon sebagai Proyek Percontohan Percepatan Keuangan Inklusif Menuju Desa Juara Lahir Batin. Melalui program ini, masyarakat sekitar akan diajak untuk beralih dari pembayaran konvensional ke pembayaran non tunai atau menggunakan uang elektronik.

Head of Project Management Office DNKI Djauhari Sitorus mengatakan, pihaknya berinisiatif menciptakan ekosistem pembayaran nontunai secara keseluruhan. Inisiasi ini didukung Bank Dunia atas kerja sama dengan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Provinsi Jawa Barat. "Yaitu melalui sebuah proyek percontohan percepatan keuangan," tuturnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (12/11) malam.

Baca Juga

Proyek percontohan ini merupakan salah satu upaya pemerintah mendorong lebih banyak lagi masyarakat yang memiliki dan menggunakan produk serta layanan keuangan formal. Tujuannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Proyek ini juga sejalan dengan program kerja TPAKD Jabar yang mendukung program #DesaJuara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, khususnya di area percepatan keuangan inklusif.

Djauhari menjelaskan, pada tahap awal, uang elektronik sudah dapat digunakan di tiga toko yang berjarak sekitar satu kilometer jauhnya dari desa mereka. Selanjutnya, DNKI akan menyiapkan 10 toko di dalam desa guna melayani pembayaran nontunai berbasis QR code.

Desa Pegagan Kidul dihuni 1.873 rumah tangga dan 3.142 keluarga. Mayoritas rumah tangga beranggotakan sedikitnya satu pekerja migran luar negeri atau pekerja migran domestik, dan banyak yang masih menerima Bantuan Pangan NonTunai (BPNT) atau bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

Pendapatan mayoritas rumah tangganya tak lebih dari 5 juta per bulan dan masih ada yang tidak memiliki Surat Hak Milik (SHM) atas nama pribadi. Selain itu, masih ada 639 rumah tangga yang tidak memiliki rekening bank alias unbanked, namun memilih untuk menyimpan tabungannya secara informal.

Padahal, menurut Djauhari, masyarakat dapat bertransaksi dengan lebih aman dan lebih murah dengan uang elektronik. "Resikonya pun terbilang lebih kecil terhadap adanya bencana alam maupun kejahatan dengan menyimpan uang di perusahaan tekfin maupun perbankan," katanya.

Tak hanya bagi pembeli, pelaku usaha mikro dan kecil juga diuntungkan dengan pembayaran nontunai. Terlebih sejumlah penyedia jasa seperti LinkAja, DANA, BRI, BNI, Mandiri dan Bank Jabar Banten menyatakan kesiapannya untuk mendukung rencana DNKI.

Djauhari mengatakan, seluruh transaksi non tunai ini dapat digunakan sebagai dasar penilaian kelayakan kredit. "Ini akan menguntungkan pelaku usaha, karena mereka bisa mendapat berbagai opsi pembiayaan baru," tuturnya.

Proyek percontohan ini ditujukan kepada seluruh warga desa, terutama Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan PMI purna, bekerja sama dengan beberapa mitra industri keuangan. Mereka akan dikenalkan ke berbagai produk dan layanan keuangan sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti tabungan, tabungan emas, asuransi kesehatan, dana pensiun, pinjaman mikro, dan uang elektronik.

Dalam proyek ini, warga Desa juga akan diundang untuk berpartisipasi dalam sebuah kegiatan product matching pinjaman mikro bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian sebagai upaya pengembangan usaha.

Dalam enam pertemuan selama tiga hari, sebanyak total 30 rumah tangga akan diedukasi mengenai pinjaman lembaga keuangan formal, jenis-jenis pinjaman serta skema dan syarat peminjamannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement