Jumat 15 Nov 2019 13:37 WIB

Industri Animasi Indonesia Dinilai Kurang SDM

Industri animasi di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat

Salah satu film animasi Indonesia (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Salah satu film animasi Indonesia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Industri animasi di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat, namun dinilai kurang sejalan dengan ketersediaan tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM).

Pendiri dari Bengkel Animasi Ronny Gani mengatakan industri animasi dan Computer Graphics (CG) di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang signifikan.

“Sebagai negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat besar. Namun dari segi kualitas, harus diakui adanya ketertinggalan jika dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Kualitas animator Indonesia yang harus mampu bersaing secara internasional menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan dan perkembangan industri animasi kita,” ujar Ronny.

Hal tersebut memotivasi Ronny dalam mendirikan Bengkel Animasi yang fokus dalam upaya meningkatkan kualitas animator muda, melalui program-program pelatihan yang intensif dan melibatkan para praktisi dan perusahaan-perusahaan animasi di Indonesia.

Pihaknya bekerja sama dengan Sinar Mas Land dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengadakan Bengkel Animasi CG Festival (BEAST 2019) di ICE BSD City pada Sabtu, 16 November 2019. BEAST 2019 diisi dengan rangkaian acara konferensi, pameran, diskusi panel dan masterclass dari animator kelas dunia.

Melalui acara ini, diharapkan bisa secara secara aktif mengupayakan pertambahan SDM di bidang industri animasi. “Ini juga upaya mendukung program pemerintah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian kreatif terbesar di Asia,” katanya.

Menurut dia, bidang ini dapat berkembang lebih besar menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Saat ini terdapat banyak studio animasi atau gim lokal di Indonesia yang memiliki kapasitas tenaga kerja berkisar antara 100-300 orang. Beberapa studio ini sukses mengerjakan proyek sendiri, sedangkan studio-studio lainnya menyokong produksi film dari dalam dan luar negeri.

Ia berpendapat, kondisi yang produktif ini kurang sejalan dengan perkembangan jumlah tenaga kerja yang berkualitas. Studio-studio tersebut kebanyakan masih kesulitan dalam mencari sumber daya manusia baru yang sesuai dengan standar kualitas perusahaan mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement