Selasa 12 Nov 2019 08:46 WIB

Jokowi Tegaskan Koalisi Rukun

Paloh berkelakar, jika Mega tak salami dirinya, koalisi dan Indonesia bisa kacau.

Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (tengah) disaksikan Gubernur Akademi Bela Negara IGK Manila saat Peresmian Akademi Bela Negara di Jakarta, Minggu (16/7).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (tengah) disaksikan Gubernur Akademi Bela Negara IGK Manila saat Peresmian Akademi Bela Negara di Jakarta, Minggu (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri peringatan HUT ke-8 Partai Nasdem di JiExpo Jakarta, Senin (11/11) malam. Dalam acara yang juga dihadiri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ini, Jokowi menutup pidatonya dengan mengajak Ketua Umum Nasdem Surya Paloh berpelukan. Pelukan ini sekaligus membantah kabar yang beredar bahwa koalisi yang mengusung Jokowi tidak rukun.

"Jadi, salah besar kalau ada yang menyampaikan koalisi ini sudah tidak rukun, kleru gedhe (keliru besar) sekali. Kita rukun-rukun saja. Ya, kalau Mbak Mega kelewatan tidak menyalami, itu tidak sengaja," tutur Jokowi, Senin (11/11).

Baca Juga

Soal sindirannya terkait pelukan antara Paloh dan Presiden PKS Sohibul Iman, Jokowi menyebut hal itu murni kecemburuan semata. Ia mengaku tak pernah dipeluk Ketum Nasdem itu seerat saat Paloh memeluk Sohibul.

"Kalau rangkulan itu untuk komitmen kebangsaan, apa yang keliru? Sangat bagus sekali apa yang dicontohkan oleh Bang Surya. Candaan seorang sahabat yang sudah dekat seperti itu biasa. Kalau saya ngomong itu, biasa. Jangan ditanggapi ke sana-ke sini," kata Jokowi lagi.

Jokowi juga mengapresiasi pidato Surya Paloh yang menyinggung betapa sayangnya dia kepada Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Hal ini menyusul insiden 'jabat tangan' antara Paloh dan Mega saat pelantikan Puan Maharani sebagai ketua DPR.

Saat itu, Mega terlihat memalingkan muka kepada Surya yang hendak mengajak salaman. "Kalau pas Bu Mega nggak nyalami Bang Surya itu kelewatan saja. Wong saya ini kalau pas nyalamin kadang tangan saya ada yang kelewatan sering kok," ujar Jokowi.

Sementara, Paloh memang sempat membalas sindiran Presiden Jokowi soal pelukan Ketum Nasdem dengan Presiden PKS Sohibul Iman. Menurut Paloh, ia sebenarnya ingin memeluk lebih erat kepada Jokowi, tetapi tidak bisa. "Ingin saya peluk lebih erat, tapi tidak bisa," canda Paloh. Kemudian, peserta mengelu-elukan nama Jokowi.

photo
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri.

Kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang turut hadir, Paloh menegaskan kepada seluruh pihak agar tidak meragukan rasa sayangnya terhadap sosok yang dianggap sebagai mbak (kakak) bagi Ketum Nasdem itu. Paloh berkelakar, jika Megawati tidak menyalami dirinya, kondisi koalisi dan Indonesia bisa kacau.

Seperti video yang sempat viral di media sosial saat Megawati tak menyalami Surya Paloh seusai pelantikan presiden dan wakil presiden beberapa waktu lalu. "Saya sampai kirim intelijen apa betul Mbak Mega ga salam ke saya? Ternyata, tidak sengaja," ujar Paloh yang disambut riuh suara peserta.

Berdasarkan pantauan Republika, sejumlah ketua umum partai politik terlihat memenuhi undangan tersebut. Begitu juga dengan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Mereka datang bersamaan sekitar pukul 19.3 WIB.

Nasdem juga mengundang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang tiba bersama dengan Ketua DPP Puan Maharani dan Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Megawati duduk di samping Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang menempati kursi di samping kanan Jokowi.

Secara berurutan, Surya Paloh duduk di samping kiri Jokowi. Wakil Presiden ke-12 Jusuf Kalla (JK) duduk di sebelah kiri Surya Paloh. Sementara, Ketua DPR Puan Maharani duduk di sebelah kanan Megawati Soekarnoputri.

Kursi Megawati berada satu barisan dengan Surya Paloh. Lokasi itu berbeda dan berada sedikit jauh dari kursi yang ditempati ketua umum partai politik lainnya. (sapto andika candra/rizkyan adiyudha, ed: agus raharjo)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement