Senin 11 Nov 2019 17:03 WIB

20 Ribu Cangkir Kopi Diseduh Selama FKP 2019

Pecinta kopi di Purbalingga ternyata sangat besar.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Kopi
Foto: Republika/Wihdan
Kopi

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Festival Kopi Purbalingga, Jawa Tengah, yang digelar di halaman Stadion Guntur Darjono selama akhir pekan kemarin, mencatat sukses besar.  Panitia penyelenggara FKP 2019, Gunanto Eko Saputro, menyebutkan selama tiga hari penyelenggaraan FKP, tercatat ada 20 cangkir kopi yang diseduh.

Dengan banyaknya kopi yang diseduh, perputaran uang yang berlangsung selama perhelatan FKP juga tergolong luar biasa. ''Omzet perputaran uang selama FKP, mencapai lebih dari Rp 100 juta. Itu baru dari penjualan seduhan kopinya saja, belum dari penjualan kopi kemasan dan kuliner,'' jelasnya, Senin (11/11).

Dia menyebutkan, sukses penyelenggaraan FKP 2019, tak lepas dari tingginya animo masyarakat untuk hadir dalam acara ini. Dalam festival bertajuk 'Mayuh Ngopi Maning' ini, ada sekitar 30 pegiat kopi yang hair. 

''Mulai dari kalangan petani, roastery, juga kedai, cafe, dan pengelola warung kopi, hadir menyajikan kopi khas Purbalingga. Selain itu, ada stand kuliner dari UMKM Purbalingga yang menyediakan camilan pendamping kopi,'' jelasnya.

Lebih dari itu, Gunanto menyebutkan, panitia juga telah memersiapkan kemasan acara dengan baik. Berbagai acara yang digelar antara lain berupa bursa kopi, Deklarasi Kopi Purbalingga, Bupati Menyeduh, Focus Group Discussion (FGD) yang menghadirkan narasumber Direktur Operasional Rolas Nusantara Mandiri (PTPN XII) Setyo Wuryanto, serta berbagai macam hiburan.

Ketua Ruang Kopi Purbalingga sekaligus Ketua Penyelenggara FKP 2019 Ashari Kimiawan, mengaku bersyukur karena acara tersebut selalu dipenuhi pengunjung. ''Dari penyelenggaraan festival ini bisa diketahui, pecinta kopi di Purbalingga ternyata sangat besar,'' jelasnya.

Ashari menyebutkan, Kabupaten Purbalingga pada masa lalu memang menjadi salah satu sentra penghasil kopi di Tanah Air. Menurut catatan statistik Pemerintah Hindia Belanda, pada era 1800an, wilayah Purbalingga menjadi produsen kopi terbesar di wilayah eks Karesidenan Banyumas dengan jumlah pohon kopi mencapai lebih dari 10 juta pohon.

Namun seiring dengan perubahan pola pertanian, status Purbalingga sebagai sentra penghasil kopi makin menurun. ''Saat ini, industri kopi mulai menggeliat lagi. Kita ingin agar Purbalingga kembali menjadi sentra penghasil kopi terbaik di Tanah Air,'' jelasnya.

Petani kopi di berbagai daerah, ujarnya, saat ini juga mulai bergairah mengembangkan budi daya kopi. Hal ini seiring dengan  tumbuhnya industri hilir kopi seperti roastery dan pengolahan kopi, kedai, warung, dan cafe yang menyajikan kopi. ''Kita berharap, petani kopi Purbalingga juga ikut merasakan kembalinya kejayaan kopi,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement