BANDUNG WETAN, AYOBANDUNG.COM -- Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Jawa Barat. Salah satu daerah yang banyak memasok kopi wilayah Jabar adalah kawasan Bandung Raya, terutama Kabupaten Bandung.
Kopi-kopi yang dihasilkan oleh para petani di daerah ini bahkan telah menembus pasar internasional. Tak heran, Kabupaten Bandung juga dikenal sebagai sentra kopi-nya Jabar. Pasalnya, banyak citarasa kopi berbeda yang lahir dari kawasan ini.
Di Kecamatan Pasirjambu, misalnya. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) kopi Pasirjambu hingga saat ini memproduksi kopi jenis Arabika dengan ciri khas rasa tersendiri.
Ketua Gapoktan Raksa Sawargi Pasirjambu, Wawan Setiawan mengatakan, kopi yang diproduksi di daerahnya dominan berupa Arabika karena ketinggian lahan bertani (minimal 800 meter di atas permukaan laut/mdpl). Di Pasirjambu, kopi arabika ditanam di ketinggian 1.300-1.600 mdpl.
Wawan menyebutkan, kopi hasil produksi Pasirjambu yang dinamai Kupas (Kopi Urang Pasir Jambu Asli) tersebut diproses melalui cara yang beragam. Mulai dari proses wet, dry, natural, honey, full washed hinga semi washed.
"Untuk proses natural itu kita petik merah semua (biji kopinya), lalu diendapkan di air. Biji yang tenggelam kami pisahkan dengan yang terapung, karena yang terapung itu kemungkinan terdapat hama. Dari yang tenggelam itu kami sortir yang paling bagus. Prosesnya sampai 21 hari," ungkapnya ketika ditemui Ayobandung.com di gelaran West Java Festival di Gedung Sate Bandung belum lama ini.
Salah satu proses yang menjadi favorit pelanggan adalah proses natural. Hal tersebut dikarenakan citarasa kopi arabika-nya dinilai lebih terasa.
"Proses yang banyak peminatnya itu natural, karena mungkin rasanya lebih kuat di Arabika. Tapi ya balik lagi ke konsumennya, suka yang seperti apa," ungkapnya.
AYO BACA : Batik Unik Ramah Lingkungan dari Buah Nipah
Wawan mengatakan, oleh karena mayoritas pelanggan mereka merupakan warga sekitar dan bukan industri, maka Gapoktan Rasa Sawargi lebih banyak memproduksi kopi dengan gilingan yang lebih halus untuk langsung diseduh ala kopi tubruk.
"Serbuknya dominan dibentuk tubruk, prosesnya penggilingannya untuk masyarakat saja dulu. Karena masyarakat kan mayoritas belum memiliki peralatan seperti V60 yang butuh bubuk lebih kasar," ungkapnya.
Hal yang menjadi ciri khas unggulan kopi dari gapoktannya adalah rasanya yang cenderung memiliki aroma buah-buahan. Rasa yang dominan, Wawan mengatakan adalah rasa pisang.
"Ciri khas kami ada rasa fruity, berupa rasa pisang yang keriput. Itu untuk kopi merk Kupas, untuk merk lainnya ada citarasa yang berbeda juga," jelasnya.
Saat ini, produk kopi Kupas tengah dipasarkan ke khalayak Bandung hingga beberapa daerah di Jawa Barat. Pihaknya juga bekerjasama dengan Bumdes setempat untuk memasarkan kopi tersebut.
"Ke Bogor dan Tasik kita sudah kerjasama dengan Bumdes-nya, dan biasanya kami kirim lewat kurir ekspedisi," jelasnya.