Sabtu 09 Nov 2019 14:08 WIB

UMS Kampanyekan Kurangi Sampah Plastik

Sampah plastik dewasa ini menjadi momok persoalan sampah di Indonesia.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Sampah plastik berserakan di sungai. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Sampah plastik berserakan di sungai. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Gerakan Hizbul Wathan Universitas Muhammadiyah Surakarta (HW UMS) mengaungkan kampanye untuk mengurangi sampah plastik melalui tagar #umscantiktanpaplastik. Tagar tersebut dimaksudkan untuk mengajak seluruh civitas akademika UMS untuk bijak menggunakan plastik dalam kegiatan sehari-harinya.

Promotor tagar "UMS Cantik Tanpa Plastik", Ahmad Khoirul, mengatakan sampah plastik dewasa ini menjadi momok persoalan sampah di Indonesia. Sebuah data memperlihatkan saat ini indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Dalam setahun, Indonesia menghasikan sampah plastik kurang lebih 187,2 juta ton.

Baca Juga

Untuk melancarkan kampanye tersebut, HW UMS menggandeng beberapa komunitas atau organisasi lingkungan di eks Karesidenan Surakarta, di antaranya, Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sukoharjo, Nyampah Asyik, Sunrise Indonesia, Kreasik dan Ini Bumi Kita.

Dalam mengenalkan gerakan tersebut, HW UMS mengawali dengan diskusi "Jagongan Sampah Kampus" pada Rabu (6/11) di tepi danau UMS, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

"Tagar UMS Cantik Tanpa Plastik ini sebagai bentuk kampanye kepada seluruh keluarga besar UMS untuk mulai mengurangi konsumsi palstik khususnya di lingkungan kampus," kata mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) UMS tersebut seperti tertulis dalam siaran pers, Kamis (8/11).

Ahmad Khoirul berharap, UMS mampu membuat sistem pengelolaan sampah yang ada di kampus dengan baik. Jika pengelolaan sampah baik, lanjutnya, maka keinginan UMS sebagai kampus Go Green akan semakin terwujud.

Diskusi tersebut mengundang aktivis lingkungan sekaligus founder Bank Sampah Kreasik Solo, Miftahul Arozaq. Dia menjelaskan, manusia hidup di dunia ini setiap harinya akan menghasilkan sampah. Maka kesadaran untuk bijak menggunakan barang yang berpotensi menjadi sampah harus tumbuh mulai dari kesadaran diri sendiri.

"Sampah rumah tangga saja yang diisi empat sampai lima orang, dalam seharinya biasanya bisa menghasilkan sampah setengah kilogram. Jadi semua harus dimulai dari diri kita untuk bijak menggunakan plastik," jelasnya.

Pegiat Forum Solo Hijau tersebut mengajak masyarakat untuk memulai mengurangi penggunaan sampah plastik. Salah satu contohnya seperti membawa botol air minum isi ulang sendiri, dan wadah makanan yang bisa dipakai ulang.

HW UMS menargetkan kegiatan diskusi serupa bisa rutin dilakukan sepekan sekali setiap Rabu sore dengan menghadirkan tokoh inspiratif yang bergerak di bidang lingkungan khususnya sampah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement