REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kota Malang dan beberapa daerah lainnya telah memasuki musim penghujan. Situasi ini pun harus diantisipasi mengingat terdapat area rawan genangan air atau banjir di Kota Malang.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, hampir sebagian besar area rawan genangan air diakibatkan oleh masalah drainase. Ditambah lagi, dengan kebiasaan masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan. Gaya hidup ini pun mengakibatkan penumpukan sampah di saluran air sehingga timbul genangan air.
Analis BPBD Kota Malang, Mahfuzi berpendapat, sebagian besar jenis kontruksi drainase menggunakan sistem saluran tertutup. Situasi ini pun menyebabkan warga yang membuang sampah di bagian hulu lalu terbawa aliran air akan sulit melakukan pemeliharaan saluran. "Karena got atasnya dicor," kata Mahfuzi kepada Republika.co.id, Selasa (5/11).
Kondisi got tertutup menyebabkan aliran air hujan lebih memilih melewati trase jalan. Hal ini pun mengakibatkan munculnya genangan air di sepanjang jalan. Apalagi, terdapat bangunan di tepi jalan yang membangun aspal sehingga air tak bisa tersaring ke dalam tanah. "Hal ini menambah debit banjir yang masuk," jelasnya.
Mahfuzi menilai perlunya teknologi trash rack dengan session per 50 meter dalam menghadapi tumpukan sampah di beberapa saluran drainase. Cara ini dianggap mampu mengumpulkan sampah yang hanyut di bagian terbuka. "Sedangkan pelaku yang buang sampah bisa ditemukan dengan cepat," katanya.
Di sisi lain, Mahfuzi menegaskan, pihaknya sebenarnya selalu rutin memberikan imbauan kepada masyarakat. Dalam hal ini terutama perihal bahayanya kebiasaan buang sampah sembarangan. Di setiap pertemuan rutin di Kelurahan Tangguh, BPBD pun mengaku terus menyisipkan materi imbauan agar warga patuh terhadap larangan buang sampah di badan sungai atau saluran drainase.