Senin 04 Nov 2019 17:02 WIB

Gerobak Baca, Alihkan Anak dari Gawai

Gerobak Baca ini 'gentayangan' di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nora Azizah
Anak membaca buku (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Anak membaca buku (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Maraknya pemberitaan mengenai kecanduan gawai pada anak-anak, menimbulkan sejumlah keprihatinan. Apalagi, anak-anak itu sampai harus mendapat perawatan di rumah sakit jiwa. Kenyataan itu seolah menyadarkan banyak pihak, betapa gawai telah sangat lekat dalam kehidupan anak-anak.

Kondisi itupun mengundang perhatian anak-anak muda dari dua komunitas di Desa Pilangsari, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, yakni Peduli Pilangsari dan Lentera Selawe Pilangsari. Mereka berusaha mengalihkan minat anak-anak di desa mereka dari gawai kepada buku.

Baca Juga

Caranya, mereka membuat 'perpustakaan mini' dari gerobak sederhana. Di dalam gerobak yang disebut gerobak baca itu, disediakan buku-buku bacaan. Gerobak itu dibawa keliling dengan menggunakan sepeda motor milik relawan.

Salah seorang penggagas gerobak baca, Sakam, menjelaskan, biaya pembuatan gerobak baca itu seluruhnya dikumpulkan secara swadaya dari masyarakat. "Ada juga sejumlah donatur yang ikut berperan dengan memberikan sedekah buku," tutur Sakam, kepada Republika, Senin (4/11).

Sakam menjelaskan, gerobak baca itu baru beroperasi beberapa pekan terakhir. Untuk sementara ini, gerobak baca baru bisa dioperasikan secara rutin setiap Ahad saja. Hal itu dikarenakan kesibukan anggota komunitas maupun keterbatasan armada dan jumlah buku.

Namun, jika anggota komunitas memiliki waktu luang, gerobak baca akan dioperasikan kapanpun. Mereka akan berkeliling dan ngetem (berhenti) di tengah anak-anak maupun orang dewasa yang sedang berkumpul.

"Saat saya lihat ada anak-anak atau ibu-ibu sedang ngumpul di sore hari, saya dekati kesitu. Mereka akhirnya tergerak untuk membaca buku," tutur Sakam.

Sakam mengakui, jumlah buku dalam gerobak baca saat ini masih minim, yakni sekitar 80 buah buku. Dia mengatakan, buku tersebut terdiri dari berbagai judul, baik buku anak-anak maupun buku bacaan bagi orang dewasa.

"Ada buku bacaan anak-anak sampai buku mengenai bisnis. Pokoknya campur-campur karena memang berasal dari donasi," tutur Sakam.

Keterbatasan jumlah buku itupun akhirnya membuat gerobak baca baru bisa menyediakan buku pinjaman untuk dibaca di tempat. Buku-buku tersebut untuk sementara ini belum boleh dipinjam untuk dibawa pulang ke rumah warga.

Sakam berharap, kedepan gerobak baca bisa lebih berkembang. Dengan demikian, gerobak baca bisa mengalihkan minat anak dari gawai kepada buku. Selain itu, juga bisa mengembalikan kembali budaya membaca di tengah masyarakat.

"Semoga anak-anak di sini jadi senang membaca sehingga kelak mereka bisa berprestasi di masa depan," tandas Suro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement