Senin 04 Nov 2019 16:59 WIB

Banyak Pelajar SD di Banyumas Alami Gangguan Penglihatan

Banyak yang alami gangguan berupa berupa low vision, namun tidak mengenakan kacamata.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Andi Nur Aminah
Bantuan kacamata untuk siswa (ilustrasi)
Foto: Humas Astra
Bantuan kacamata untuk siswa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Jumlah pelajar SD yang mengalami gangguan penglihatan di Kabupaten Banyumas, tergolong cukup tinggi. Dari program pemeriksaan dini gangguan penglihatan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Banyumas, kasus pelajar SD yang mengalami gangguan penglihatan diperkirakan mencapai sekitar 10 persen dari total jumlah pelajar yang ada.

"Ironisnya, banyak pelajar yang mengalami gangguan penglihatan berupa low vision, namun tidak mengenakan kacamata. Ini membuat kami bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa belajar dengan tingkat low vision yang cukup tinggi," jelas Kasi Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kesehatan jiwa dan Penanggulangan Napza Dinas Kesehatan Banyumas, Jasun, Senin (4/11).

Baca Juga

Dia menyebutkan, program pemeriksaan dini gangguan penglihatan berlangsung pada tahun 2019. Dalam program tersebut, seluruh siswa kelas IV, V dan VI SD di 27 wilayah kecamatan di Banyumas, akan dilakukan pemeriksaan mata.

Dari hasil sementara yang program pemeriksaan mata, Jasun menyebutkan, dari 1.388 anak yang diperiksa, ada 127 anak mengalami gangguan penglihatan. Dari 127 anak yang mengalami gangguan penglihatan, 72 anak di antaranya sudah dikonsultasikan ke profesi refraksionis.

"Hasilnya, sebanyak 52 anak sudah sangat membutuhkan alat bantu kacamata untuk membaca, karena penglihatannya sudah minus 1,25 hingga 2,5. Bahkan ada yang sampai minus tiga dan empat," jelasnya.

Jasun mengaku heran dengan kondisi ini, karena anak yang mengalami low vision tersebut, selama ini belum menggunakan alat bantu kacamata saat berada di sekolah. "Saya tidak bisa memperkirakan, tanpa alat bantu kacamata apakah anak-anak tersebut bisa mengikuti pelajaran," katanya.

Dia mengaku, terkait kasus tersebut pihaknya tidak menelusuri kondisi anak hingga ke masalah prestasi akademi anak di sekolah. Namun bisa dipastikan, anak tersebut menjadi malas belajar atau membaca, karena kesulitan membaca.

Jasun juga menyebutkan, kondisi tersebut terungkap baru dari satu kecamatan. Dengan luas wilayah mencapai 27 kecamatan di Banyumas, diperkirakan kondisi anak-anak di kecamatan lain juga tidak jauh berbeda.

Terkait kondisi ini, dia menghimbau para orang tua siswa agar lebih jeli memperhatikan kondisi kesehatan mata anak-anaknya. "Kalau terlihat enggan belajar, sebaiknya diperiksakan ke dokter mata atau balai kesehatan mata. Bila diketahui mengalami low vision, agar segera diberikan alat bantu kacamata," katanya.

Dalam program pemeriksaan dini gangguan penglihatan, Jasun menyatakan, pada anak-anak yang diketahui mengalami low vision, mendapat bantuan kacamata gratis. Kaca mata tersebut merupakan bantuan dari Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Jawa Tengah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement