Senin 04 Nov 2019 08:53 WIB

Nasdem Berhitung Jelang Pilkada 2020

Nasdem sedang menghimpun dukungan dengan partai berbasis Islam.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh didampingi Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman memberikan keterangan usai melakukan pertemuan di Kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh didampingi Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman memberikan keterangan usai melakukan pertemuan di Kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Safari politik Partai Nasdem dinilai untuk meghimpun kekuatan dengan partai-partai di luar pemerintahan. Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan, Nasdem sudah bersiap untuk menghadapi Pilkada 2020 dan Pemilu 2024 dengan bersafari ke partai oposisi.

"Untuk kebutuhan politik jangka pendek, menengah, dan panjang. Misalnya, soal menghadapi Pilkada 2020 dan Pemilu 2024, tentu Nasdem sedang berhitung," tutur Adi, Ahad (3/11).

Baca Juga

Karena itu, pada Pilkada 2020 dan Pilpres 2024, menurut dia, dipastikan ada perubahan peta politik. Pasalnya, segala kemungkinan dapat terjadi, khusunya pada Nasdem, PKS, dan PAN. "Cukup terbuka, masih proses penjajakan tentunya. Yang jelas, koalisi tidak bisa dipermanenkan mulai saat ini karena apa pun bisa berubah last minutes,"ujar Adi.

Salah satu alasan Nasdem melakukan safari politik ke partai di luar pemerintahan karena adanya ketidaksolidan dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK), khususnya setelah pembentukan kabinet pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. "Nasdem sedang mencari teman baru di luar koalisi pemerintah untuk menjaga keseimbangan politik jika terjadi gejolak serius antar koalisi pendu kung Jokowi," ujar Adi.

Di samping itu, kunjungan Nasdem ke partai di luar pemerintahan merupakan bentuk apresiasi kepada oposisi. Pasalnya, partai pimpinan Surya Paloh itu sudah beberapa kali menyatakan bahwa pemerintah membutuhkan "lawan" untuk mengkritik dan mengawasi. "Komunikasi semacam ini penting dirawat sekalipun Nasdem dan tiga parpol nonpemerintah beda pilihan politik," ujar Adi.

photo
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan di Kantor DPP Partai NasDem, Jakarta, Rabu (24/7/2019).

Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Nyarwi Ahmad, mengatakan, langkah Nasdem bertujuan untuk mendapatkan panggung politik lebih besar. Pasalnya, mengunjungi PKS memberi keuntungan secara panggung karena sikap PKS yang sudah tegas sebagai oposisi. Partai tersebut berbeda dengan PAN dan Demokrat yang sebelumnya menyatakan mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf tetapi akhirnya tidak diikutkan dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM).

"PAN dan Demokrat yang tidak tegas dalam menentukan sikap tersebut (oposisi) dan sikap lantang PKS sebagai blok oposisi bisa memberikan peluang bagi Nasdem untuk mengambil peran lebih besar," ujar Nyarwi, Ahad.

Bahkan, mendekatknya ke PKS dan PAN merupakan tanda bahwa Nasdem sedang menghimpun dukungan dengan partai berbasis Islam. Apalagi, kurang dari setahun lagi Pilkada 2020 akan diselenggarakan. "Langkah Nasdem tersebut hanya untuk memperkuat konsolidasi lintas parpol dan peran partai politik sebagai elemen penting dalam demokrasi. Itu tetap bagus dan sehat," tutur Nyarwi.

Langkah politik tersebut juga dilakukan Surya Paloh karena melihat bergabungnya Partai Gerindra ke dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM). Hal itu dinilainya dapat sedikit mengaburkan peran Nasdem dalam pemerintahan.

Dengan demikian, agar eksistensi mereka tetap kuat menjelang Pilkada 2020 dan Pilpres 2024, manuver politik dilakukan. Salah satunya kunjungan ke PKS setelah pelantikan presiden. "Nasdem sedang mengembangkan langkah kuda, dengan menjalin konsolidasi dengan partai di luar pemerintahan," ujarnya. (nawir arsyad akbar, ed:agus raharjo)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement