REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jatim mencatat, pada Oktober 2019 Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,02 persen, yaitu dari 135,65 menjadi 135,61. Kepala BPS Jatim Teguh Pramono mengatakan tiga komoditas utama penyumbang deflasi Jatim pada Oktober 2019 ialah telur ayam ras, cabai rawit, dan emas perhiasan.
Harga telur ayam ras yang terus mengalami penurunan menjadikan komoditas tersebut menjadi penyumbang utama terjadinya deflasi. Penurunan harga disebabkan oleh banyaknya pasokan di pasaran.
Selain itu, lanjut Teguh, cabai merah juga menunjukkan penurunan harga pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya panen raya pada beberapa daerah sentra penghasil cabai. Komoditas lain yang mengalami penurunan pada Oktober adalah emas perhiasan.
Dia mengatakan, pada Oktober 2019 dari tujuh kelompok pengeluaran, dua kelompok mengalami deflasi dan lima lainnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi adalah kelompok Kesehatan sebesar 0,44 persen.
Kemudian diikuti kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,16 persen; kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 0,04 persen; kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,03 persen. Kemudian kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,02.
"Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,40 persen, dan kelompok Sandang yaitu sebesar 0,23 persen," ujar Teguh di kantornya, Jalan Kendangsari, Surabaya, Jumat (1/11).
Teguh memaparkan beberapa komoditas yang menjadi penghambat terjadinya deflasi pada Oktober 2019. Tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya deflasi tersebut ialah daging ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang merah.
Harga daging ayam ras mengalami kenaikan disebabkan berkurangnya pasokan di pasaran. Komoditas lain yang mengalami kenaikan ialah rokok kretek filter. Walaupun kenaikan cukai rokok baru diwacanakan pada tahun 2020, namun harga rokok kretek filter di tingkat konsumen sudah mengalami kenaikan.
"Komoditas lain yang juga mengalami kenaikan adalah bawang merah yang disebabkan pasokan dari daerah penghasil bawang yang relatif tidak terlalu banyak," ujar Teguh.
Teguh melanjutkan, penghitungan angka inflasi di 8 kota IHK di Jawa Timur selama Oktober 2019, lima kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kediri yaitu mencapai 0,32 persen.
Kemudian diikuti Sumenep sebesar 0,30 persen, Probolinggo sebesar 0,12 persen, Madiun sebesar 0,07 persen, dan Jember sebesar 0,05 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar 0,09 persen, diikuti Surabaya sebesar 0,08 persen, dan Malang sebesar 0,04 persen.
"Sampai dengan Oktober 2019 Banyuwangi merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi yaitu mencapai 1,80 persen. Dedangkan kota yang mengalami inflasi kalender terendah adalah Kediri yang mengalami inflasi sebesar 0,97 persen," kata Teguh.