Jumat 01 Nov 2019 09:54 WIB

Penanganan Sampah Laut Butuh Inovasi dan Teknologi

Sampah laut di Indonesia membuat citra pariwisata menjadi negatif.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
Nelayan tradisional melaut di sekitar pantai yang dipenuhi sampah plastik di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (2/9/2019).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Nelayan tradisional melaut di sekitar pantai yang dipenuhi sampah plastik di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (2/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana tugas (Plt) Sesmenko Maritim dan Inovasi Agung Kuswandono mengatakan sampah laut merupakan permasalahan yang mendesak saat ini dan perlu segera ditangani secara terintegrasi. Menurut Agung, sampah laut telah memberi dampak negatif pada sektor pariwisata, kerusakan lingkungan dan ekosistem laut serta kesehatan manusia.

"Kerja sama Internasional dan intervensi teknologi merupakan aspek penting untuk menangani permasalahan sampah laut ini," ujar Agung saat diskusi panel bertajuk Innovation on Waste Management: River Plastic Interception di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (31/10).

Baca Juga

Agung menjelaskan, intervensi teknologi tersebut bertujuan untuk membebaskan laut dari sampah plastik yang dalam hal ini dilakukan beberapa penelitia. Salah satunya oleh CEO dari The Ocean Clean Up (TOC) Belanda Boyan Slat ke Indonesia.y

Keduanya akan melakukan peluncuran penelitian bersama dan proyek percontohan pembersihan sungai di DKI Jakarta dengan pendekatan teknologi yang dinamai river clean-up system (RCS). Lokasinya di wilayah Cengkareng dan Muara Kapuk, yang telah beroperasi sejak Mei 2019 dan dijalankan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.

"Penelitian diperlukan untuk mendapatkan data lapangan yang akurat, penanganan sampah plastik secara komprehensif dari pengambilan sampahnya hingga pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan pengolahan sampah untuk daur ulang," lanjutnya.

Agung berterima kasih kepada Kerajaan Belanda dan kementerian terkait yakni Kemen PUPR, KLHK, KKP, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, mitra industri yang dalam hal ini terlibat Danone Aqua, BPPT dan SWI yang telah mendukung pelaksanaan proyek percontohan ini.

"Saya berharap upaya ini dapat memberikan hasil yang baik, dapat diperluas penerapannya dan bisa diciptakan di Indonesia melalui kerja sama antara pemerintah dan stakeholder lainnya juga masyarakat dan komunitas," ucap Agung.

Agung menilai peran aktif masyarakat, mitra industri dan semua unsur sangat penting dalam menggalakkan upaya khusus penanggulangan permasalahan sampah melalui intervensi media, kampanye, maupun peningkatan kesadaran perilaku berwawasan lingkungan.

"Gerakan bersih lingkungan pantai dan sungai dapat dijadikan ajang silaturahmi. Pola pikir peduli lingkungan dan cinta laut sehat perlu ditanamkan melalui pendidikan sejak usia dini," sambung Agung. 

Di lain pihak, kata Agung, pemerintah daerah sebagai ujung tombak dalam pengelolaan sampah secara bijak diharapkan banyak berinovasi dan berkreasi mencari solusi yang kreatif, juga diperlukan keberanian untuk membuat suatu kebijakan berpihak pada lingkungan.

"Saya yakin bahwa upaya serius dalam restorasi sungai termasuk pembersihan sampah plastik yang ada di sungai menjadi penting bagi upaya penanganan dan penyelamatan laut dan ekosistemnya," kata Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement