Jumat 01 Nov 2019 00:48 WIB

Petani Cirebon Diimbau Percepat Tanam

Percepatan tanam untuk menghindari dampak banjir.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Para petani yang daerahnya memiliki ketersediaan air yang cukup, diimbau untuk melakukan percepatan tanam. Hal itu dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir di musim penghujan mendatang.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar, menjelaskan, daerah di Kabupaten Cirebon yang ketersediaan pasokan air untuk areal pertaniannya relatif aman ada di wilayah timur. Wilayah itu di antaranya, Kecamatan Losari, Pangenan, dan Astanajapura.

Baca Juga

‘’Wilayah timur Kabupaten Cirebon pasokan airnya dari Waduk Darma,’’ kata Tasrip, Kamis  (31/10). 

Tasrip mengatakan, pasokan air dari Waduk Darma yang terletak di Kabupaten Kuningan, relatif lebih stabil. Karena itu, petani di wilayah timur Kabupaten Cirebon sudah bisa melakukan persemaian saat ini.

Tasrip menjelaskan, berdasarkan informasi dari BMKG, hujan di wilayah Cirebon diprakirakan akan turun pada pertengahan November 2019. Saat hujan mulai turun, maka pengolahan tanah bisa segera dilakukan.

‘’Jadi nanti persemaian yang sebelumnya sudah disiapkan bisa langsung dipindahkan ke lahan pertanian yang sudah diolah,’’ kata Tasrip.

Tasrip menyatakan, jika memang ketersediaan air masih kurang untuk melakukan persemaian, maka petani bisa mengupayakan pompanisasi. Mereka pun bisa melakukan pompanisasi itu bersama-sama agar lebih ringan.

Menurut Tasrip, percepatan tanam bisa membuat tanaman padi sudah tinggi saat puncak musim penghujan tiba. Dengan demikian, tanaman padi bisa terselamatkan dari ancaman banjir. Jikapun banjir datang, tanaman padi yang terendam diharapkan tidak sampai mengalami gagal panen.

Tasrip mengakui, tidak semua areal pertanian di Kabupaten Cirebon bisa melakukan percepatan tanam. Seperti misalnya di wilayah barat Kabupaten Cirebon, di mana pasokan air dari Waduk Jatigede ke saluran irigasi memang belum mencukupi.

‘’Air masih belum cukup sehingga petani di wilayah barat Kabupaten Cirebon masih menunggu kecukupan air, termasuk menunggu datangnya musim hujan’’ kata Tasrip.

Tasrip menyebutkan, semestinya areal pertanian yang ada di saluran irigasi golongan satu sudah melakukan persemaian pada akhir Oktober ini. Sedangkan, golongan dua pada 15 November mendatang dan golongan tiga pada 1 Desember.

Sementara itu, percepatan tanam di Kabupaten Indramayu dinilai sulit untuk dilakukan. Bahkan, tanam padi di daerah tersebut diperkirakan baru akan mulai pada Desember mendatang.

Wakil ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, masih minimnya pasokan air di sejumlah sungai menjadi penyebab belum adanya petani yang melakukan pengolahan lahan maupun persemaian.

‘’Dengan kondisi cuaca seperti sekarang, di mana hujan belum turun, musim tanam kemungkinan bisa mundur di Desember,’’ kata Sutatang.

Sutatang menyatakan, mundurnya musim tanam tahun ini bisa mengundang risiko. Pasalnya, puncak musim penghujan di wilayah Cirebon biasanya terjadi pada Januari hingga Februari.

Jika tanaman padi yang masih muda langsung diguyur hujan besar atau bahkan direndam banjir, maka bisa berisiko mengalami gagal tanam. Pasalnya, tanaman yang masih berusia muda akan mati jika terendam banjir.

‘’Bisa berisiko tanam ulang,’’ kata Sutatang.

Meski demikian, Sutatang sangat berharap agar tanaman padi tidak sampai mengalami gagal tanam dan tanam ulang. Pasalnya, petani harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit di awal musim tanam. Seperti untuk pengolahan lahan, menyediakan bibit dan pupuk maupun membayar upah buruh tani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement