Kamis 31 Oct 2019 22:15 WIB

Bencana Hidrometeorologi di Tasikmalaya Mulai Dipetakan

Beberapa wilayah di Tasikmalaya berpotensi longsor dan banjir ketika musim hujan.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Tim gabungan tanggap bencana membersihkan material tanah longsor yang menutupi badan jalan utama Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Foto: Antara/Adeng Bustomi
[Ilustrasi] Tim gabungan tanggap bencana membersihkan material tanah longsor yang menutupi badan jalan utama Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mulai memetakan potensi bencana hidrometerologi jelang memasuki musim hujan. Beberapa wilayah di Tasikmalaya berpotensi terjadi longsor dan banjir ketika musim hujan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Tasikmalaya Anang Luqman mengatakan, wilayah yang berpotensi banjir di antaranta Kecamatan Salawu, Culamega, Karangjaya, dan Cineam. Bahkan, saat musim kemarau BPBD telah menerima tiga laporan kejadian longsor di Kecamatan Salawu.

Baca Juga

"Di sana (Salawu), walaupun musim kering bahkan ada yang longsor. Apalagi nanti ketika hujan, daerah retakan itu sangat berpotensi untuk longsor," kata dia saat dihubungi Republika, Kamis (31/10).

Selain longsor, Anang mengatakan, pihaknya juga memetakan wilayah yang berpotensi banjir besar. Berdasarkan catatan BPBD, wilayah biasanya diterjang banjir antara lain Kecamatan Sukaresik, Sukaratu, dan Karangnunggal.

Menurut dia, BPBD terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan. Hal itu dilakukan agar warga siap menghadapi bencana dan meminimalisir dampak yang akan terjadi.

Selain memberikan edukasi kepada warga, Anang mengatakan, BPBD juga memperkuat relawan yang ada di masing-masing desa dan kecamatan. Dengan begitu, ketika terjadi bencana, relawan dapat dengan cepat melakukan penanggulangan.

"Kita juga latih para santri terkait kesiapsiagaan bencana. Sudah ada puluhan pesantren yang kita berikan sosialisasi. Salah satunya untuk menghadapi musim hujan ini," kata dia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sekitar 98 persen bencana yang terjadi di Indonesia sejak Januari hingga Oktober 2019 merupakan bencana hidrometeorologi. Jenis bencana berdasarkan intensitas yang tertinggi yaitu puting beliung, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Jawa Barat merupakan provinsi yang cukup tinggi kejadian bencananya, sekitar 593 kejadian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement