REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Wakil Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf meminta kekurahan dapat berinisiatif membuat sumur bor untuk warga. Hal itu diperlukan untuk mengatasi bencana kekeringan ketika musim kemarau.
Menurut dia, kekeringan yang melanda Kota Tasikmalaya semakin parah setiap tahunnya. Selama status darurat bencana kekeringan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya telah menyalurkan sekitar 6 juta liter air bersih.
"Harus ada penanggulangan jangka panjang," kata dia, Selasa (29/10).
Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya berjanji akan membuat sumur bor di wilayah-wilayah terdampak kekeringan, seperti di Kecamatan Tamansari, Purbaratu, dan lainnya. Namun, tak akan semua kawasan dapat dibuatkan sumur bor lantaran anggaran yang ada di pemkot terbatas.
Karena itu, Yusuf meminta kelurahan untuk berinisiatif membuat sumur bor. Apalagi saat ini telah ada dana kelurahan dari pemerintah pusat.
"Tapi mereka juga harus koordinasi dengan dinas terkait. Jangan asal main buat sumur. Nanti dibuat sumur justru tidak ada airnya," kata dia.
Ia menilai, pembuatan sumur bor itu bisa dilakukan menggunakan dana kelurahan. Pasalnya, dana itu juga harus dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat. Sementara masyarakat membutuhkan air bersih saat musim kering.
Dengan adanya sumur bor, ke depan BPBD tak perlu terlalu disibukkan dengan pendistribusian air bersih. Apalagi, saat ini sumber air yang digunakan BPBD untuk distribusi mulai berkurang.
"Saya kira setiap kelurahan juga perlu inisiatif, khususnya yang terdampak kekeringan," kata dia.
Sebelumnya, Ketua RT 01/05 Kampung Parakan Honje, Kelurahan Sukamaju Kaler, Kecamatan Indihiang, Wahyu (45 tahun) meminta pemkot tak hanya tak hanya memberikan bantuan air bersih saat terjadi kekeringan. Lebih dari itu, kekeringan harus bisa diatasi, agar tak selalu terjadi setiap tahunnya.
"Kalau bisa, kita minta dibuatkan sumur bor buat penanggulangannya. Kita ada lah lahan. Jadi pas kekeringan tak selalu minta," kata dia.
Menurut dia, sumur yang bisa bertahan ketika musim kemarau di wilayahnya harus memiliki kedalaman sekitar 40 meter. Sementara, saat ini tak ada sumur warga yang memiliki kedalaman semacam itu.
"Kalau ada sumur bor kan ketika kemarau bisa disalurkan ke rumah-rumah warga. Warga juga gak perlu ke sungai lagi," kata dia.
Menurut dia, sejak dua bulan belakangan hampir semua sumur warganya tak lagi mengeluarkan air. Jika pun ada, airnya sangat terbatas. Bahkan, kolam-kolam warga juga telah mengering.
Akibat kemarau kali ini, warga harus pergi ke sungai untuk mencuci atau mandi. "Kalau minum harus beli. Soalnya juga pada keruh air di sana, banyak dipakai," kata dia.
Berdasarkan data BPBD, sekitar 162 ribu jiwa di 372 titik, 54 kelurahan, 10 kecamatan, Kota Tasikmalaya, terdampak kekeringan. Wilayah yang paling terdampak di antaranya Kecamatan Tamansari dengan bantuan air bersih 1,6 juta liter, Kawalu 990 ribu liter, Purbaratu 500 ribu liter, dan Mangkubumi 955 liter.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Iskandar menilai, kekeringan yang terjadi di Kota Tasikmalaya semakin parah setiap tahunnya. Ia menungkapkan, pada tahun lalu BPBD hanya menyurkan bantuan air bersih sekitar 2 juta liter selama kemarau. Namun saat ini, air bersih yang disalurkan telah sekitar 6 juta liter, meski kemarau belum berakhir. Artinya ada peningkatan tiga kali lipat.
Bahkan, ia menambahkan, Badan Meteorologi, Kilamatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediski awal musim hujan akan datang terlambat. Akibatnya, status darurat kekeringan bencana kemungkinan akan diperpanjang, dari yang semula akan berakhir pada 31 Oktober menjadi pertengahan November. Dengan begitu, bantuan penyaluran air bersih masih akan terus bertambah.
Menurut Ucu, semakin parahnya kekeringan yang terjadi disebabkan kondisi lingkungan yang semakin rusak. Karana itu, ia juga meminta masyarakat untuk kembali menjaga lingkungan.
Ketika melakukan pendistribusian air bersih, kata dia, petugas BPBD juga diinstruksikan memberikan edukasi kepada warga. Artinya, warga juga diminta pandai menabung air, khususnya untuk menghadapi musim kemarau.
"Kita ajarkan membuat sumur serapan, biopori, dan reboisasi untuk penanggulangan lahan kritis," kata dia.