REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat hingga Agustus 2019, penderita penyakit demam berdarah mencapai 2.100 kasus lebih. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan sepanjang tahun 2018 yang mencapai 2.400 kasus lebih.
"DBD sampai Agustus 2019 sudah mencapai 2.100 lebih kasus di Kota Bandung. Angka itu sudah mendekati angka 2018 sepanjang tahun mencapai 2.400 lebih kasus. September sampai Oktober belum diakumulasikan," ujar Kabid P2P Dinas Kesehatan (Dinkes), Rosye Arosdiani, Selasa (29/10).
Terkait kasus DBD yang meningkat, ia mengungkapkan faktornya di antaranya yaitu Kota Bandung yang merupakan daerah endemik. Kemudian kondisi cuaca tahun ini yang relatif berbeda, banyak genangan dibandingkan tahun sebelumnya.
Dia memperkirakan hingga akhir 2019 jumlah kasus DBD akan lebih banyak dibandingkan tahun 2018. Menurutnya, saat ini jumlah kasus belum bisa dikatakan tinggi. Namun hingga Agustus mendekati temuan kasus DBD setahun kemarin.
Rosye menambahkan, peralihan musim kemarau menuju musim hujan menyebabkan sebagian warga terkena penyakit batuk dan pilek. Hal itu terjadi karena daya tahan tubuh yang cenderung menurun saat masa peralihan cuaca dan mewaspadai demam berdarah.
"Hal paling mudah menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup bersih dan sehat. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah dari kamar mandi. Makan seimbang, minum air yang cukup dan istirahat serta aktivitas fisik 30 menit sehari," katanya.
Menurutnya, pihak puskesmas pun secara rutin melakukan sosialisasi tentang antisipasi penyakit demam berdarah. Kemudian terus mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap demam berdarah.
"Musim peralihan yang paling meningkat batuk dan pilek. Demam berdarah beberapa tahun meningkat. Mudah-mudahan tidak dengan program jumantik," katanya.