Selasa 29 Oct 2019 14:03 WIB

BNPB Tegaskan Pengeboran Panas Bumi Tidak Picu Gempa

Gempa merupakan aktivitas patahan.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi Gempa
Foto: Pixabay
Ilustrasi Gempa

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kepala Sub Direktorat Peringatan Dini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari membantah anggapan bahwa aktivitas pengeboran energi panas bumi sebagai pemicu gempa bumi di Ambon dan sekitarnya. Menurutnya, aktivitas gempa merupakan aktivitas dari bidang patahan. 

Abdul menganalogikan, jika beberapa meja disusun saling bersinggungan, ketika satu sisi meja didorong maka seluruh meja akan bergerak. Bidang gempa adalah sisi meja, sedangkan episenter adalah titik awal mendorong meja.  

Baca Juga

“Pergerakan dari bidang gempa ini dipengaruhi oleh tekanan atau regangan bidang-bidang yang saling bersinggungan, bukan faktor eksternal yang bersifat lokal seperti aktivitas pengeboran” ujar Abdul dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (29/10)..

Abdul menambahkan bahwa sejauh ini, belum ada kajian yang memperlihatkan ada efek dari kegiatan pengeboran dalam memicu kejadian gempa bumi. Menurutnya, kejadian gempa Ambon adalah murni fenomena sesar aktif, bukan faktor lain. Untuk itu BNPB saat ini bekerja sama dengan ITB dan BMKG memasang 11 seismograf untuk melakukan pemantauan dan penelitian di wilayah Ambon dan sekitarnya. 

"Pemantauan dan penelitian tersebut bertujuan untuk dapat memetakan dengan lebih detail karakteristik sesar aktif di Ambon agar mitigasi ke depan lebih terarah dan terukur," tutur Abdul.

Sementara itu, Data Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Gempa Maluku per 27 Oktober 2019 mencatat korban meninggal 41 jiwa, luka ringan 226, luka berat 2 dan mengungsi 103.301. Selain dampak korban, gempa juga menyebabkan kerusakan dengan total rumah rusak berjumlah 12.137 unit dengan rincian rumah rusak berat (RB) 2.712 unit, rusak sedang (RS) 3.317 unit dan rusak ringan (RR) 6.108 unit, serta kerusakan fasilitas umum dan sosial sebanyak 730 unit. Perkiraan kerugian mencapai sebesar Rp 170 milyar untuk sektor perumahan dan Rp 376 milyar untuk merusakan fasum dan fasos.

BMKG mencatat gempa susulan per 27 Oktober 2019, pukul 22.00 WIT mencapai 1.897 kali dengan gempa yang dirasakan 214 kali. Berdasarkan informasi Posko, gempa susulan yang cukup besar terjadi pada 10 Oktober 2019 dengan M 5,2 dan berpusat pada 16 km kea rah timur laut Kota Ambon. Kedalaman gempa tersebut berada pada 10 km. 

Gempa utama terjadi pada 26 September 2019 pada pukul 08.46 WIT dengan M 6,5 dan berkedalaman 10 km. Pusat gempa berada pada 42 km timur laut Kota Ambon. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement