Kamis 24 Oct 2019 18:59 WIB

Pemkab Purbalingga Gencarkan Gerakan Percepatan Olah Tanah

Dampak kekeringan menyebabkan hasil produksi panen menurun.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Petani membajak tanah di persawahan.
Foto: Yusran Uccang/Antara
Petani membajak tanah di persawahan.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Musim kemarau yang berlangsung cukup panjang, menyebabkan semangat petani untuk menggarap sawahnya menjadi menurun. Meskipun sudah ada berapa saluran irigasi yang mengalirkan air, namun kebanyakan petani belum mulai mengolah tanah sawahnya karena khawatir pasokan air irigasi tidak mencukupi.

Terkait hal ini, Pemkab Purbalingga, Jawa Tengah, melalui Dinas Pertanian menggencarkan Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT). Antara lain di Desa Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang, Kamis (24/10). Dalam kesempatan itu, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi memotori langsung GPOT dengan mengoperasikan alat mesin pengolah tanah.

''Kita menggencarkan GPOT, karena sebentar lagi akan turun hujan. Bila tanah kita olah sekarang, maka pada saat musim hujan datang, kita hanya tinggal menyebar benih dan melakukan tanam. Tak perlu menunggu terlalu lama untuk mengolah lahan,'' jelas Kepala Dinas Pertanian Purbalingga, Mukodam.

Dalam program GPOT ini, dia menyatakan, Pemkab Purbalingga mendapatkan dukungan dan Kementerian Pertanian RI. Setiap 100 hektar lahan yang dijadikan area GPOT mendapat bantuan sebesar Rp 20 juta per bulan.

''Dana ini dipakai untuk membantu pengairan seperti saluran pengairan, pembelian bahan bakar (BBM) mesin penyedot air dan operasional kantor maupun tenaga operator yang mengairi lahan yang akan diolah,'' jelasnya.

Mengenai dampak kemarau yang berlangsung cukup lama, Mukodam mengaku ada sebanyak 655 hektare sawah yang terdampak kekeringan. Dampak kekeringan ini menyebabkan hasil produksi panen menurun. ''Di luar itu, ada 17 hektare sawah yang mengalami puso,'' kata dia.

Bupati Dyah Hayuning Pratiwi, dalam kesempatan itu menyebutkan kondisi kering yang berlangsung cukup lama, tidak sampai memengaruhi ketahanan pangan di Kabupaten Purbalingga. ''Sejak 2016 sampai 2018 lalu, Kabupaten Purbalingga selalu mengalami surplus beras. Bahkan surplus beras terakhir di Kabupaten Purbalingga mencapai 69 ribu ton,'' jelasnya.

Ia menyebutkan, kontribusi sektor pertanian pada Gross Domestik Produk dan  Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Purbalingga, masih sangat tinggi. Saat ini, kontribusinya masih mencapai 27-28 persen terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga.

Hal ini menunjukkan, masyarakat di Purbalingga masih banyak yang bekerja di sektor pertanian. ''Untuk itu, pemerintah memang harus memberi perhatian lebih pada petani,'' katanya.

Dalam acara Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT) tersebut, bupati juga menyerahkan beberapa bantuan kepada para kelompok tani. Antara lain berupa dua unit handsprayer elektrik pada Kelompok Tani Sri Tanjung, bantuan power weeder dan paddi weeder untuk Kelompok Tani Sri Mulya dan Sri lestari.

Selain itu juga bantuan power treaser bagi Kelompok Tani Sri Widadi, satu unit hand traktor untuk Gapoktan Muda Lestari dan bantuan uang senilai Rp 20 juta dari Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian untuk Gapoktan Lestari Muda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement