Kamis 24 Oct 2019 18:50 WIB

OJK dan TPAKD Gelar Grebek Inklusi Keuangan Pedagang Pasar

Cukup banyak pedagang yang terjerat praktik rentenir.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Suasana di pasar tradisional.
Foto: Yusuf Assidiq.
Suasana di pasar tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Upaya eliminasi pedagang pasar dari jebakan rentenir, terus dilakukan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan TPAKD (Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kegiatan ini antara lain dilakukan dengan menggelar sosialisasi inklusi keuangan pada para pedagang Pasar Kliwon yang berada di Kelurahan Karanglewas Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas, Kamis (24/10).

Dalam kegiatan sosialisasi bertajuk 'Grebek Inklusi Keuangan dan Sosialisasi Waspada Investasi Bodong' tersebut, pegawai OJK dan perbankan yang masuk dalam TPAKD, melakukan sosialisasi inklusi keuangan perbankan yang bisa dimanfaatkan para pedagang. Mereka juga membagikan selebaran program kredit murah bagi para pedagang, yang ditawarkan beberapa perbankan.

Wakil Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, selama ini memang cukup banyak pedagang yang terjerat praktik rentenir akibat ketidak-pahaman mereka terhadap akses kredit perbankan. Kebanyakan pedagang yang terjerat rentenir, justru para pedagang kecil yang sebenarnya tidak mengambil untung besar dalam usahanya.

''Hal ini menyebabkan usaha mereka sulit berkembang, karena keuntungan yang diperoleh justru diambil oleh kalangan rentenir. Di Banyumas, pelaku rentenir ini sering disebut sebagai bank ucek-ucek atau bank plecit,'' jelasnya.

Untuk itu, dia berharap kalangan perbankan di Banyumas membuka akses kredit semudah-mudahnya bagi kalangan pedagang, dengan tingkat bunga yang juga murah. Dengan demikian, kalangan perbankan juga telah membantu upaya pemerintah untuk mengatasi kemiskinan.

Kepala Pasar Kliwon, Erlin Darmawan, menyatakan hingga saat ini masih ada beberapa pedagang pasar yang terjerat hutang pada rentenir. Namun dengan makin meningkatnya pemahaman pedagang terhadap akses perbankan dan makin mudahnya kredit yang ditawarkan perbankan, membuat jumlah pedagang yang memanfaatkan jasa rentenir makin menurun.

''Sekitar setahun silam, kami pantau masih ada 18 rentenir yang keluar masuk pasar menawarkan hutang. Namun saat ini, hanya tinggal 5-6 rentenir yang kami lihat masih aktif menawarkan hutang,'' jelasnya.

Menurutnya, menurunnya jumlah rentenir yang masuk pasar ini, disebabkan jumlah pedagang yang berminat terhadap tawaran hutang mereka, sudah semakin sedikit. ''Kalau butuh modal, kebanyakan pedagang saat ini lebih memilih meminjam uang di BKK atau BRI yang prosesnya mudah dan bunganya tidak terlalu tinggi,'' jelasnya.

Ia menyebutkan, petugas BPR-BKK Purwokerto yang menawarkan kredit pada para pedagang, juga telah memberikan layanan pinjaman tanpa agunan dan angsuran pelunasan pinjaman bisa dilakukan secara harian.

Kepala Kantor OJK Purwokerto Sumarlan, pihaknya memang terus mendorong kalangan perbankan dan lembaga keuangan formal yang ada di wilayah eks Karesidenan Banyumas, untuk masuk ke skim-skim kredit bagi pedagang kecil. Salah satunya melalui program Layanan Keuangan sebagai Upaya Memberantas Rentenir (Laku Semar) yang digagas Kantor OJK Purwokerto.

''Dalam program Laku Semar ini, perbankan melayani kredit tanpa agunan dengan suku bunga yang cukup murah. Hanya memang plafon kreditnya, tidak terlalu besar karena disesuaikan dengan skala usaha para pedagang pasar yang memang tidak terlalu besar,'' katanya.

Dia menyebutkan, saat ini ada cukup banyak produk/jasa keuangan pembiayaan mikro yang dimanfaatkan pedagang pasar. Selain program Laku Semar, juga ada program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan program nasional, Kredit Mitra 25 yang merupakan program dari provinsi, dan juga produk Kredit Ultra Mikro (UMI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement