CICENDO, AYOBANDUNG.COM -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menggandeng mantan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, Dino Patti Djalal sebagai penasihat jaringan luar negeri untuk pemerintah provinsi. Hal ini sebagai upaya lobi investasi pada para investor asing.
Acara perdana yang diselenggarakan dari kolaborasi tersebut adalah CEO & Ambassador Breakfast Meeting yang menghadirkan puluhan peserta dari berbagai negara membahas sejumlah proyek strategis provinsi.
Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil mengatakan, hal tersebut merupakan perwujudan praktik "door to door marketing" alias jemput bola untuk mencari celah peluang investasi bagi berbagai proyek startegis, termasuk insfrastruktur, di Jabar. Beberapa perwakilan negara yang hadir di antaranya adalah Kanada, Korea, Polandia, Uni Eropa, India, Thailan juga Inggris.
AYO BACA : Bahlil Jadi Kepala BKPM, HIPMI Jabar Siap Bantu Tingkatkan Investasi
"Kami sedang mempraktikan door to door marketing untuk Jabar, bukan lagi jaga warung menunggu orang tapi menjemput rezeki. Kami undang satu grup yang Pak Dino datangkan, dan kami jualan sebesar 59 miliar dolar AS untuk proyek infrastruktur," ungkapnya dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Hilton Bandung, Kamis (24/10).
Emil menyebutkan, pertemuan tersebut merupakan forum komunikasi awal dalam menjalin kerja sama bisnis selanjutnya sehingga belum didapatkan perjanjian konkret dari para negara yang hadir. Namun, dalam kesempatan tersebut India telah bersedia menyumbangkan sejumlah motor roda tiga triseda untuk pengangkutan sampah.
"Belum ada yang langsung konkret karena ini adalah forum komunikasi. India nanti akan sumbang motor (untuk angkut) sampah Triseda. Jadi nanti juga akan ada forum CSR Jabar, dibuat grup WhatsApp nya, sehingga program-program urgent tentang masalah lingkungan bisa dibantu," jelasnya.
AYO BACA : MoU dengan Pemprov Jabar dan PT PPA, bank bjb Perkuat Pembangunan Daerah
Sementara itu, Dino mengatakan saat ini kemudahan dalam berbisnis bagi investor di Jabar termasuk yang paling tinggi di skala nasional. Pola birokrasi jemput bola dan memperlakukan investor sebagai mitra adalah salah satu kuncinya.
"Biasanya keluhan dari investor adalah mereka diperlakukan sebagai sapi perah, padahal seharusnya bikin investor untung dulu. Saya apresiasi pak gubernur bisa berlawanan dengan pola itu. Tantangan yang masih harus dijawab adalah dari kebijakan upah," ungkapnya.
Rencananya, pertemuan antara investor, duta besar dan atase terkait tersebut akan diselenggarakan selama dua kali dalam satu tahun.
"Keinginan kita setidaknya ada dua kali dalam setahun, mungkin bisa lebih juga. Minggu depan kami akan ke Jepang dan memabntu koneksi bisnis di sana," jelasnya.
AYO BACA : West Java Investment Summit Hasilkan Perjanjian Senilai Rp53,8 Triliun