REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Kebakaran hutan di Gunung Ciremai Kabupaten Majalengka hingga kini belum berhasil padam seluruhnya, Rabu (22/10). Angin kencang di tengah suhu udara panas ditambah minimnya peralatan menjadi kendala pemadaman.
Berdasarkan data Pusdalops BPBD Kabupaten Majalengka, kebakaran semula hanya terjadi di tiga blok Gunung Ciremai di Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Senin (21/10). Tiga blok tersebut adalah Blok Curug Cipeuteuy, Blok Batu Situmpuk, dan Blok Al Azariah.
Api di Blok Curug Cipeuteuy kemudian berhasil dipadamkan. Namun, api di Blok Batu Situmpuk, dan Blok Al Azariah hingga Selasa (22/10) malam, belum berhasil padam.
Pada Senin (21/10), kebakaran hutan di Gunung Ciremai juga dilaporkan terjadi di Desa Cikaracak, Kecamatan Argapura dan Wilayah Awilega. Api di Wilayah Awilega berhasil dipadamkan pada hari itu juga pukul 17.30 WIB.
Sedangkan api di Desa Cikaracak, sempat sulit dikendalikan dan menyebar ke arah pemukiman pada Selasa (22/10). Namun pada Rabu (23/10), api di daerah tersebut sudah dapat dipadamkan.
Pada Selasa (22/10) pukul 11.45 WIB, titik kepulan asap juga dilaporkan terlihat di Pos 5 sekitar Sanghiyang Rangkah Jalur Apuy. Perkiraan posisi api berada di ketinggian 2.500 Mdpl.
Tim BPBD bersama Relawan MPGC Apuy kemudian berangkat ke lokasi pada pukul 13.00 WIB. Pada malam harinya tidak terlihat kepulan asap.
Api juga dilaporkan terlihat di Desa Sindang dan Desa Sangkanhurip pada Selasa (22/10) malam. Hingga Rabu (23/10) pukul 08.00 WIB, api di kedua desa itu sebagian sudah padam dan sebagian masih menyala.
Kedua desa itu terletak di kaki Gunung Ciremai. Jadi api yang awalnya (menyala) di atas, merambat ke bawah," kata Kasi Kedaruratan BPBD Kabupaten Majalengka, Rezza Permana kepada Republika.co.id, Rabu (23/10).
Tak hanya di lokasi itu, pada Rabu (23/10) pukul 08.00 WIB, titik api juga dilaporkan terlihat di Sadarehe Wilayah TNGC Blok 13G Desa Payung. Upaya pemadaman di lokasi itupun terus dilakukan.
Rezza mengatakan, berbagai kendala menghalangi petugas maupun relawan dalam upaya memadamkan api. Selain medan yang terjal dan sulit dijangkau, angin kencang juga mempercepat rambatan api.
"Titik api pun tersebar di beberapa lokasi," ujar Rezza.
Tak hanya itu, mereka juga kekurangan peralatan untuk pemadaman api. Dengan jet shooter yang hanya berjumlah dua unit, proses pemadaman api akhirnya lebih banyak mengandalkan cara-cara manual.