Rabu 23 Oct 2019 11:14 WIB

Pemkab Bangkitkan Kembali Kejayaan Kopi Sumedang

Kopi Sumedang turut disajikan untuk menjamu para duta Paralayang manca negara.

 Pemkab Bangkitkan Kembali Kejayaan Kopi Sumedang
Pemkab Bangkitkan Kembali Kejayaan Kopi Sumedang

REPUBLIKA.CO.ID,SUMEDANG--Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang berkomitmen untuk membangkitkan kembali kejayaan Kopi Sumedang salah satunya dengan menetapkan Hari Kopi Sumedang dan menggelar Festival Kopi tahunan. ''Pemerintah Kabupaten Sumedang telah menetapkan tanggal 7 Oktober 2019 sebagai Hari Kopi Sumedang. Kami juga sudah menggelar Festival Kopi Sumedang untuk kedua kalinya yakni di Wisma Gending Lingkungan Gudang Kopi pada Tanggal 7-9 Oktober 2019. Melalui even kejuaran dunia paralayang, saya  berharap Kopi Sumedang bisa lebih dikenal lagi di kancah internasional,'' ungkap Wakil Bupati Sumedang H Erwan Setiawan ketika bertemu dengan komunitas kopi se-Kabupaten Sumedang dalam siaran pers yang diterima Republika.

Dikatakan Wabup, kualitas Kopi Sumedang tidak kalah dengan kopi-kopi lain di nusantara bahkan belum lama ini Kopi Buhun Rancakalong khas Sumedang menjadi Juara Terfavorit Kedua C pada Pameran Kopi di Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung yang diikuti oleh 14 Provinsi se-Indonesia.  ''Meskipun produksi kita masih sedikit, tapi kualitas kopi kita siap berkompetisi dengan negara lain. Kita pun siap untuk eskpor sehingga kopi Sumedang dapat dikenal oleh negara lain,'' pungkasnya.

Kopi Sumedang akan menjadi menu utama yang turut disajikan untuk menjamu para duta olahraga paralayang dari berbagai negara.  Salah satu pengusaha Kopi Sumedang yang juga pemilik "Saflor Coffee" Ahmad Farid Gumilar mengatakan, even Paragliding Dunia adalah kesempatan para komunitas kopi untuk memasarkan produk  kopi khas Sumedang, termasuk dirinya. ''Jenis kopinya Arabika, Liberika dan Robusta. Kemasan dan penyajiannya akan dibuat semenarik mungkin agar para peserta (dan tamu dari macam negara) tertarik untuk mencoba Kopi Sumedang,'' ujar Farid.

Farid juga berharap di ajang Paradigling tersebut kopi Sumedang bisa lebih dikenal dan turut dipromosikan di negara-negara lain. ''Saya berharap tamu yang datang ke Sumedang bisa turut mempromosikan Kopi produk Sumedang di negaranya masing-masing sehingga mampu menjadi daya tarik wisatawan ke Sumedang,'' katanya.

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Sumedang. Dalam setahun rata-rata tidak kurang dari 300 ton produksi kopi yang dihasilkan masyarakat Sumedang.  Luas tanaman kopi yang ada di Kabupaten Sumedang sendiri sekitar 3.200 hektar yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Sumedang. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Sumedang sempat menjadi salah satu daerah pemasok kopi di Pulau Jawa dan mencapai puncak kejayaannya pada Tahun 1880-an. Salah satu buktinya adalah nama lingkungan di Kelurahan Kotakulon ada yang bernama Gudang Kopi yang konon dahulu digunakan sebagai lokasi penampungan kopi. Bahkan bekas rel kereta api di wilayah Tanjungsari dan Jatinangor dipercaya sebagai sarana untuk mengangkut kopi dari Sumedang.

Dengan didominasi oleh kopi jenis Arabika dan Robusta, pengembangan tanaman kopi Sumedang tersebar di enam kecamatan yakni di Kecamatan Rancakalong, Sumedang Selatan, Tanjungmedar, Wado, Cisitu dan Sukasari. 

Luas areal Kopi Arabika di Kabupaten Sumedang seluas 1.641 hektar dengan nilai produksi bahan mentah (ceri/gelondongan) sebesar 1.862,86 ton dan nilai produksi hasil olah (green bean/berasan) sebesar 372, 57 ton. Sedangkan luas areal Kopi Robusta seluas 1.009 hektar dengan nilai produksi bahan mentah (ceri/gelondongan) sebesar 1.257,89 ton dan nilai produksi hasil olah (green bean/berasan) sebesar 251,58 ton.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement