Selasa 22 Oct 2019 11:53 WIB

Gerindra Gabung, Ada Poros Baru di Kubu Pro Jokowi?

PDIP dan Gerindra punya sejarah bergandengan saat mengusung Mega.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Edy Prabowo menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang pengumuman nama menteri kabinet jilid II di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10).
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Edy Prabowo menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang pengumuman nama menteri kabinet jilid II di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas Najmuddin M. Rasul mengatakan. masuknya Prabowo Subianto dan Partai Gerindra ke gerbong pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dapat menciptakan poros baru dari partai-partai koalisi. Najmuddin partai pendukung pemerintah akan didominasi oleh PDIP, Golkar dan Gerindra yang selama dua Pemilu terakhir merupakan partai tiga besar.

"Kemungkinan akan terbentuk poros baru pendukung Jokowi. Nasdem dan partai-partai lain yang suaranya tidak besar (PPP, PKB, Hanura) bisa jadi akan ditinggalkan oleh koalisi," kata Najmuddin kepada Republika.co.id, Selasa (22/10).

Baca Juga

Najmuddin menyebut PDIP dan Gerindra punya sejarah bergandengan erat saat mengusung Megawati Soekarno Putri dan Prabowo Subianto di Pilpres 2009 lalu. Kemudian Partai Golkar sepanjang sejarah tidak pernah menjadi oposisi.

Koalisi tiga partai ini menurut Najmuddin bisa akan diteruskan sampai Pemilu 2024.

Salah satu tokoh yang akan didorong oleh Gerindra pada 2024 menurut Najmuddin ialah Sandiaga Salahuddin Uno. Mantan cawapres pendamping Prabowo di Pemilu 2019 ini dikabarkan baru saja kembali bergabung dengan Gerindra beberapa hari lalu setelah sempat non-aktif sebagai kader.

Menurut Najmuddin, Gerindra akan mengedepankan Sandi karena Prabowo sudah merasa bukan saatnya lagi maju di Pemilu Presiden. Sebab, mantan Danjen Kopasus itu sudah bisa dibilang kehabisan energi mengikuti Pemilu sejak 2009, 2014 sampai 2019.

Najmuddin melihat sejak menguatnya sinyal Gerindra dan Prabowo masuk ke pemerintah membuat gerbong koalisi pengusung Jokowi-Ma'ruf terpecah. Yang paling terlihat menurut Najmuddin adalah keretakan hubungan Nasdem dan PDIP.

Salah satu bukti adalah kengganan Megawati bersalaman dengan Ketum Nasdem Surya Paloh di acara pelantikan DPR beberapa pekan lalu. "Kita lihat partai barisan pendukung Pak Jokowi (di Pilpres) sudah tidak harmonis lagi," ujar Najmuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement