Senin 21 Oct 2019 09:19 WIB

Pandangan Grand Sheikh Al-Azhar Tentang Tuan Guru Bajang

Tuan Guru Bajang (TGB) dinilai sukses mengukuhkan nilai-nilai keislaman-kebangsaan.

Tuan Guru Bajang (TGB) saat menerima penghargaan dari Grand Sheikh Al-Azhar.
Foto: Dok TGB
Tuan Guru Bajang (TGB) saat menerima penghargaan dari Grand Sheikh Al-Azhar.

REPUBLIKA.CO.ID,  KAIRO -- Bertempat di ruang utama Gedung Grand Shaikh Al-Azhar, Kairo, M Zainul Majdi menerima penghargaan dari Grand Shaikh Al-Azhar Prof Dr Ahmed El-Tayeb, Kamis (17/10), pukul 14.30 waktu setempat.

Hadir dalam penganugerahan tersebut antara lain Mayjen Osama Yasin, Wakil Sekretaris Jenderal World Organization for Al-Azhar Graduates (WOAG), Wa’il Moustafa, Direktur Eksekutif WOAG, dan beberapa tokoh lainnya.  Hadir pula staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo antara lain Atase Pendidikan dan Kebudayaan Dr Usman Syihab dan lainnya.

Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia yang akrab dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB) itu dinilai sebagai salah seorang tokoh alumni Al-Azhar yang menonjol dalam mengukuhkan nilai-nilai moderasi beragama (wasathiyyah Al-Islam), nilai-nilai kebangsaan (muwâthanah), dan nilai-nilai hidup berdampingan secara rukun dan damai (ta‘âyusy silmiy) di Indonesia.

Peran mengukuhkan nilai-nilai keislaman-kebangsaan tersebut dilakukan oleh TGB baik dalam kapasitasnya sebagai gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) selama rentang waktu 2008-2018 dan sebagai ulama pendakwah melalui safari dakwahnya ke hampir seluruh wilayah Indonesia sejak kembali dari Mesir pada 1999. Juga sebagai ketua OIAA sejak 2017 meneruskan kepemimpinan M Quraish Shihab.

Di bawah kepeminpinan TGB, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah menyelenggarakan konferensi internasional tentang moderasi beragama yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Provinsi NTB dengan OIAA cabang Indonesia.

Pada saat menyerahkan penghargaan kepada TGB, Grand Shaikh Ahmed El-Tayeb memberikan apresiasi, doa, dan dukungannya kepada alumni Al-Azhar di Indonesia, terutama TGB. Grand Sheihk  mengingatkan agar lebih aktif dan agresif lagi dalam menangkal pemikiran ekstrem, terutama melalui media sosial.

Hal yang sama disampaikan oleh Abdel Fadhil Al-Qushi, anggota Dewan Ulama Senior Al-Azhar dan mantan Menteri Wakaf Mesir, saat memberikan sambutan dalam acara seremoni anugerah penghargaan.

TGB menyampaikan bahwa apa yang dinilai sebagai prestasi itu tidak lain merupakan upaya sederhana yang ia dan alumni Al-Azhar lainnya lakukan dalam rangka berterima kasih kepada Al-Azhar. TGB mengakui bahwa nilai-nilai keislaman yang ia peroleh dari Al-Azhar, terutama yang berkaitan dengan moderasi beragama, kelak terbukti sangat cocok untuk diterapkan pada umat dan bangsa Indonesia.

Pemberian penghargaan Al-Azhar sebagai lembaga keislaman paling berpengaruh di dunia kepada salah seorang anak bangsa Indonesia di bidang moderasi beragama ini menunjukkan bahwa isu moderasi beragama merupakan isu global dan menjadi kepentingan bersama masyarakat dunia.

Al-Azhar telah cukup lama dan secara intensif mengukuhkan nilai-nilai moderasi Islam dan ikut serta secara aktif bersama tokoh agama lainnya dalam menciptakan hidup berdampingan secara damai. Al-Azhar memandang Indonesia sebagai mitra strategis dalam upaya mengukuhkan moderasi beragama dan menangkal fenomena ekstremisme dalam kehidupan beragama di tengah masyarakat Muslim.

TGB menempuh pendidikan dasar hingga tingkat SMA di lingkungan  Nahdlatul Wathan (NW) Pancor, NTB. Gelar S1, S2, dan S3 ia peroleh di Universitas Al-Azhar, Kairo. Tafsir dan Ilmu-ilmu Al-Qur’an di Fakultas Ushuluddin adalah jurusan yang ia pilih.

Ia meraih gelar MA dengan predikat baik sekali, sedangkan gelar doktor ia peroleh pada 2011 ketika ia menjabat sebagai Gubernur NTB periode pertama. Disertasinya berjudul Studi Metodologis dan Analitis Tafsir Ibnu Kamal Basya dan memperoleh predikat summa cum laude.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement