REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, perkembangan industri perhiasan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari kontribusi Jatim. Industri perhiasan Jatim pada Semester I tahun 2019 berkontribusi sekitar 49,65 persen terhadap produksi perhiasan nasional.
"Hal ini didukung oleh 32 unit industri perhiasan skala besar dan menengah, serta 513 unit industri perhiasan skala kecil yang didominasi oleh industri barang perhiasan dan logam mulia," kata Khofifah di Surabaya, Jumat (18/10).
Khofifah melanjutkan, industri perhiasan Jatim tidak hanya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi termasuk PDRB. Tapi, kata dia, ini juga akan menjadi referensi dunia terhadap industri emas dan perhiasan. Apalagi saat ini Indonesia ada di peringkat sembilan industri perhiasan dunia.
"Kami harap ini menjadi daya dorong dan daya ungkit perekonomian kita,” ujar Khofifah.
Orang nomor satu di Jatim ini pun mendorong agar industri perhiasan bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Jatim. Wisatawan bisa berkunjung ke tempat pengolahan perhiasan seperti melihat proses cutting ataupun proses pemolesan, sekaligus mendapat penjelasan peoses produksinya.
Lewat penjelasan seperti jumlah karatnya sampai dengan cerita di balik proses pembuatannya, wisatawan dihrapkan tertarik untuk datang dan membeli produk tersebut. Apalagi produk perhiasan Jatim digemari karena handmade dan bentuknya yang unik berunsur budaya. Selain itu, Jatim juga kaya dengan berbagai batu mulia salah satunya dari Pacitan.
“Jadi kunjungan ke tempat pemrosesan perhiasan ini bisa dimasukkan dalam katalog paket wisata. Selain itu kita juga bisa mengundang buyer baik dari dalam maupun luar negeri untuk melihat bagaimana uniknya perhiasan kita apalagi yang handmade,” katanya.
Permintaan produk perhiasan Jatim terutama untuk ekspor ke mancanegara, sebut Khofifah, terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS, ekspor produk perhiasan atau permata Jatim pada periode Januari-September 2019 telah mencapai 2,59 milyar dolar AS atau meningkat 19,88 persen dibandingkan periode tahun 2018.
Sedangkan produk perhiasan dari logam mulia lainnya, barang perhiasan disepuh atau dipalut dengan logam mulia atau tidak pada periode Januari hingga September mencapai 1,43 milyar dolar AS. Atau meningkat 71,31 persen dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar 1,02 milyar dolar AS.
Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih mengatakan, industri perhiasan di Indonesia saat ini terus berkembang. Dimana nilai ekspor perhiasan Indonesia dari Januari hingga Agustus 2019 sebesar 1,47 milyar dolar AS. Naik 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
"Perhiasan Indonesia ini diekspor ke berbagai negara seperti Singapore, Swiss, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab," kata dia.