Kamis 17 Oct 2019 12:25 WIB

Kabut Asap Pekat Masih Selimuti Kota Palembang

Asap masih berpotensi terjadi karena Palembang memiliki sejumlah titik panas.

Foto udara kawasan kota Palembang yang tertutup kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (16/10/2019).
Foto: Antara/Nathan
Foto udara kawasan kota Palembang yang tertutup kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (16/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kabut asap pekat masih menyelimuti Kota Palembang. Hujan intensitas ringan hingga sedang sempat mengguyur wilayah tersebut pada rabu (16/10) siang dan malam.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, di Palembang, Kamis (17/10), mengatakan, asap memang masih menyelimuti Kota Palembang. Pasalnya, wilayah sumber asap di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) tidak terpapar hujan.

Baca Juga

"Kondisi asap masih tetap berpotensi terjadi di Sumsel karena wilayah-wilayah yang memiliki jumlah titik panas signifikan belum terpapar hujan, apalagi lahan gambut yang terbakar cukup luas dan dalam," ujar Beny.

Menurut dia, kebakaran hutan, kebun dan lahan akan efektif padam jika terjadi hujan dengan sistem konvektif berskala Meso. Hujan yang berlangsung lama dan kerap terjadi pada malam hingga pagi hari.

Fenomena asap, kata dia, diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, sehingga mengurangi jarak pandang, beraroma khas, berefek perih di mata, mengganggu pernafasan. Tak hanya itu, matahari terlihat berwarna jingga pada sore hari.

"Jika ada campuran kelembapan yang tinggi seperti partikel basah atau uap air, maka akan membentuk fenomena kabut asap yang umumnya terjadi pada pagi hari," tambahnya.

Namun BMKG memprediksi adanya potensi hujan pada 17-19 Oktober 2019. Hujan akan turun dengan kriteria sedang hingga lebat di Kabupaten Musi Rawas, Muratara, Empat Lawang, Musi Banyuasin, Lahat, PALI, OKU, OKU Selatan, Muara Enim, Kota Prabumulih, Palembang, Lubuklinggau dan Pagaralam.

"Secara regional, adanya pusat tekanan rendah di Samudera Hindia mengakibatkan bertemunya aliran massa udara dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa yang mengandung uap air ke arah pusat tekanan rendah tersebut, dari fenomena inilah potensi hujan itu ada," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement