Senin 14 Oct 2019 16:27 WIB

Tiga Menteri Kenalkan Pencegahan Stunting Berbasis Aplikasi

Ada tiga aplikasi yang diperkenalkan untuk mendukung percepatan pencegahan stunting.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Wakil Presiden Jusuf Kalla usai menggelar Rapat Terbatas tentang penanganan stunting (anak kerdil) bersama sejumlah menteri di Istana Wapres, Jakarta, Senin (14/10).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Jusuf Kalla usai menggelar Rapat Terbatas tentang penanganan stunting (anak kerdil) bersama sejumlah menteri di Istana Wapres, Jakarta, Senin (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kementerian memperkenalkan inovasi penanganan dan pencegahan stunting yang berbasis teknologi saat rapat terbatas dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin (14/10). Ada tiga aplikasi yang diperkenalkan untuk mendukung percepatan pencegahan stunting.

Pertama, yakni Aplikasi Anak Sehat milik Kementerian Komunikasi dan Informatika yang merupakan alat edukasi pencegahan stunting yang menyasar remaja putri dan rumah tangga 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

Kedua, Aplikasi e-PPBGM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) milik Kementerian Kesehatan yang merupakan inovasi pemantauan gizi anak. Ketiga aplikasi e-HDW (Human Development Worker) milik Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) yang dibangun sebagai alat kerja kader pembangunan manusia (KPM) dalam memantau lima paket layanan pencegahan stunting di desa.

"Kami berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi kemudian Kemendes, kita membuat sistem android pencatatan ini, Kemenkes tentu harus mengintervensi by name by address, yang sebelumnya edukasi ini diberikan oleh Kementerian Kominfo kemudian Kemendes," ujar Menteri Kesehatan Nila Moeloek di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (14/10).

Nila mengatakan, masing-masing aplikasi sesuai peruntukannya akan mencatat kondisi balita, status gizi balita by name by address hasil pemantau bulanan dari seluruh posyandu di puskesmas di Indonesia, sasaran 1000 HPK per posyandu mulai ibu hamil dan 0-23 bulan.

Menurut Nila, nantinya ketiga aplikasinya nantinya akan terhubung dengan Kementerian Kesehatan, sehingga memudahkan Kemenkes memantau masing-masing data di aplikasi tersebut.

"Data ini nanti di link-kan dengan Kemenkes, Kemenkes harus melakukan intervensi. Jadi, kalau anak kita lihat grafiknya sudah mulai turun, dan mengejar waktu sebelum usia dua tahun, kita harus kejar dengan kita memberikan sesuatu yang meningkatkan gizi anak itu," ujar Nila.

JK mengatakan inovasi ini dilakukan untuk mengejar target prevalensi stunting turun menjadi 28 persen. Apalagi, Indonesia termasuk negara dengan tingkat prevalensi stunting tertinggi yakni kisaran 30,8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement