Rabu 16 Oct 2019 01:03 WIB

Saat Generasi Centennial Marah pada Pemimpin Dunia

Donald Trump hingga Vladimir Putin pun turun tangan.

Nora Azizah
Foto: istimewa
Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nora Azizah*

Pidato singkat penuh emosional dari Greta Thunberg masih menjadi sorotan dunia. Bagaimana tidak, Thunberg dengan lantang berani memarahi para pemimpin dunia di acara Climate Action Summit yang diselenggarakan United Nation (PBB), Senin (23/9) lalu. Thunberg diberi kesempatan untuk bersuara mewakili generasi muda terkait perubahan iklim.

'How dare you'. Thunberg mengucapkan kalimat itu dengan nada tinggi. Dia marah, dan matanya berkaca-kaca. Penggalan kalimat itulah yang kemudian membuat nama Thunberg terus disorot dunia.

Dalam pidatonya Thunberg berkata bahwa para pemimpin dunia sudah membohongi generasi muda seperti dirinya terkait perubahan iklim. Mereka justru 'berdongeng' tentang pertumbuhan ekonomi. Padahal, banyak orang mati dan tidak beruntung seperti dirinya. Namun ia memastikan perubahan akan segera datang, suka atau tidak.

Tak lama setelah pidato itu, presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menanggapi aksi Thunberg di panggung PBB. Trump berkicau melalui Twitter pribadinya dengan mengatakan bahwa Thunberg adalah gadis muda yang bahagia dan memiliki masa depan cerah.

Sontak unggahan tersebut menjadi perbincangan di dunia maya. Apakah Thunberg membalasnya? Tidak. Thunberg seolah tak ingin memulai 'perang kicau'. Namun, ia mengutip ucapan Trump dengan menuliskannya pada profil twitter miliknya.

Tidak hanya Trump yang ambil bagian menanggapi 'how dare you' dari Thunberg. Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga berkomentar soal Thunberg melalui Twitter pada awal Oktober lalu. Putin berkata bahwa aksi Thunberg menyelamatkan lingkungan didukung penuh. Namun, Thunberg dinilai tidak paham persoalan dunia yang kompleks. Putin menyebutnya gadis yang baik tetapi minim informasi.

Ucapan tersebut lagi-lagi ditanggapi Thunberg dengan menulis ucapan Putin ke dalam profil Twitter . Beragam respons diberikan 'penduduk’ Twitter terkait sikap Thunberg. Gadis muda ini dinilai tidak mudah tersinggung namun tetap memberikan sikap.

Siapakah Thunberg sebenarnya? Gadis yang berbicara di forum internasional PBB ini hanyalah anak remaja biasa berusia 16 tahun asal Swedia. Dia sudah dikenal dunia sejak tahun lalu sebagai aktivis yang peduli terhadap lingkungan, khususnya perubahan iklim.

Sejak Agustus 2018, Thunberg selalu bolos sekolah setiap Jumat untuk pergi ke depan gedung parlemen Swedia. Sebagai generasi penerus, ia merasa menjadi korban dari perubahan iklim. Usaha tersebut ternyata tak sia-sia. Banyak pelajar yang kemudian mendukung aksinya dan membuat gerakan 'Friday for Future'.

Nama Thunberg kian disorot setelah wajahnya menjadi sampul majalah Time edisi Mei 2019. Bahkan Time memberi judul wajah Thunberg dengan 'Next Generation Leader'. Media massa dunia juga terus memberitakan aksi Thunberg. Media Swedia juga menulis aksinya dengan sebutan 'Greta Thunberg Effect'.

Time juga memasukkan namanya dalam daftar '100 orang paling berpengaruh di 2019'. Hebatnya, Thunberg juga masuk nominasi untuk penghargaan bergengsi dunia Nobel Peace Prize. Ia juga mendapat beasiswa dari Royal Scottish Geographical Society.

Sebelumnya, Thunberg pernah dicemooh salah satu narasumber dalam sebuah tayangan di stasiun televisi AS. Narasumber itu menyebutnya memiliki gangguan jiwa. Thunberg memang diketahui mengidap Sindrom Asperger (AD). Namun Asperger bukanlah sebuah hal yang patut dihina dari Thunberg.

Asperger dikategorikan sebagai salah satu autisme dengan gangguan yang lebih luas. Penderitanya akan mengalami kesulitan berinteraksi sosial namun memiliki kelebihan fokus dan gigih yang luar biasa.

Thunberg tidak pernah menyembunyikan Asperger yang dideritanya. Ia justru merasa bahwa Asperger tersebut menjadi kekuatan baginya untuk bersuara. Justru dengan kondisi 'berbeda' yang ia miliki, Thunberg mampu berpikir 'out of the box' dari orang lain. Terkait perubahan iklim, ia merasa seorang aktivis perlu berpikir lebih kreatif.

Dalam sebuah wawancara, Thunberg juga mengungkapkan bahwa ia menolak semua kritik yang menghina pengidap Asperger. Penampilan seorang dengan Asperger mungkin berbeda. Namun hal yang beda tersebut justru menjadi sumber kekuatan baginya.

Bahkan dalam kicauannya di Twitter Thunberg berkata bahwa ia enggan bersembunyi di balik Asperger yang ia miliki. Menurutnya, banyak orang awam masih melihat Asperger sebagai penyakit dan hal yang negatif. Hal yang ia ungkapkan ini justru mendapat pujian dari banyak pihak.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement