Kamis 10 Oct 2019 17:00 WIB

Lima Penyintas Wamena Sampai di Tasikmalaya

Dua warga Tasikmalaya memilih tetap di Wamena.

Rep: Bayu Adji/ Red: Muhammad Hafil
Seorang bocah melintas di depan rumah yang terbakar di kawasan Homhom, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (10/10/2019).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Seorang bocah melintas di depan rumah yang terbakar di kawasan Homhom, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (10/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Sebanyak lima orang warga penyintas kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, kembali ke daerah asalnya, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (10/10) dini hari. Lima orang seluruhnya berasal dari Desa Neglasari, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Tasikmalaya, Roni Ahmad Sahroni mengatakan, lima warganya itu diterbangkan bersama dengan 66 warga Jawa Barat (Jabar) lainnya dari Jayapura ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Setelah itu, para penyintas itu disambut oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, pada Rabu (9/10) malam.

Baca Juga

"Langkah kita pertama adalah pemulangan dengan berkoordinasi dengan camat dan kades. Kita pastikan mereka sampai rumahnya," kata dia, Kamis (10/10).

Selain melakukan pemulangan kepada warganya, Dinas Sosial Kabupaten Tasikmalaya juga memberikan dana stimulan kepada para penyintas itu. Selain itu, Roni mengatakan, pihaknya juga akan memberi bantuan berupa bahan makanan untuk para penyintas. Menurut dia, akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena, lima warganya itu tak bisa menghasilkan uang. Pasalnya, di Wamena mereka bekerja sebagai pekerja bangunan.

Ia menambahkan, pihaknya juga akan memeriksa kondisi para penyintas itu, baik fisik maupun mental. "Kita akan bahas langkah selanjutkan agar kondisi mereka tetap baik," kata dia.

Ia menyebutkan, saat ini masih ada dua warga Kabupaten Tasikmalaya yang masih berada di Wamena, Papua. Dua orang itu, kata dia, memilih tetap tinggal di Wamena lantaran kondisinya masih aman. Namun, Dinas Sosial akan terus memantau warga mereka yang berada di Papua.

Sementara itu, Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang membantu kepulangan warganya. Dengan begitu, keluarga penyintas tak lagi merasa khawatir atas kondisi mereka.

"Alhamdulillah warga kami yang kemarin ada di wamena sudah ada di tanah Pasundan. Kita berharap ini dapat membuat lega keluarga," kata dia.

Meski begitu, Ade menyebut warganya tak kapok untuk kembali ke Wamena. Namun, untuk sementara warganya akan tinggal di Tasikmalaya hingga kondisi di Wamena kembali kondusif.

"Mudah-mudahan keadaan semakin membaik, sehingga kita bisa kembali bersama-sama lagi," kata dia.

Kepala Bidang Penanganan Korban Bencana dan Pembinaan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Tasikmalaya, Rahmat ZM mengatakan, kondisi warganya dalam keadaan baik, baik secara fisik maupun psikis. Menurut dia, mereka hanya mengalami penurunan kesehatan akibat terlalu lama di pengungsian dan perjalanan.

"Kita sudah periksa langsung, hanya perlu istirahat. Sudah diberi obat. Tidak perlu penanganan khusus seperti trauma healing," kata dia.

Ia menyarankan, warga yang telah kembali ke Tasikmalaya tak perlu pergi lagi ke Wamena. Dinas Sosial telah berkoordinasi dengan Baznas untuk memfasilitasi mereka jika ingin membuka usaha. Namun, jika tetap ingin pergi ke Wamena, pihaknya tak melarang asalkan menunggu situasi kembali kondusif.

Ihwal dua warganya yang masih berasa di Wamena, Rahmat mengatakan, pihaknya sudah berusaha membujuk untuk kembali terlebih dahulu. Meski begitu, dua warganya itu memilih untuk tetap tinggal di Wamena.

"Kita tentu terus pantau. Kalau nanti sewaktu-waktu ada apa-apa, bisa langsung ditangani," kata dia.

Sebelumnya, sebanyak 18 penyintas Wamena, warga Kabupaten Garut juga telah tiba di kampung halamannya, Rabu (8/13) malam. Kedatangan mereka juga disambut oleh Wakil Bupati (Wabup) Garut Helmi Budiman. Para penyintas itu sempat diberikan arahan oleh Wabup, Kapolres, dan Dandim Garut.

Helmi mengatakan, kondisi fisik warganya terlihat sehat. Namun secara psikis, para penyintas itu perlu diberikan trauma healing.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement