Kamis 10 Oct 2019 09:46 WIB

Emil Salim, Dihormati Jokowi, Dimaki Arteria Dahlan

Arteria menyebut Emil Salim sesat saat debat di Mata Najwa.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim (kanan) bersama sejumlah tokoh dan budayawan mengikuti pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim (kanan) bersama sejumlah tokoh dan budayawan mengikuti pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (26/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDIP Arteria Dahlan memaki ekonom senior Profesor Emil Salim dengan sebutan 'sesat' saat debat di Mata Najwa. Padahal Emil Salim merupakan tokoh nasional yang dihormati, termasuk oleh Presiden Joko Widodo.

Pada 26 September lalu, Emil menjadi salah satu sosok yang diundang presiden ke Istana untuk membagi persoalan di Indonesia termasuk revisi UU KPK.  Emil diundang bersama sejumlah tokoh lain seperti Quraish Shihab, Frans Magnis Suseno, Azyumardi Azra, Mahfud MD, Sudhamek, hingga Christen Hakim dan Butet Kartaradjasa.

Baca Juga

Emil juga memiliki jam cukup tinggi dalam politik kenegaraan di Indonesia. Ia menjadi menteri lima kali selam 22 tahun. Setelah tak jadi menteri, ia pun tetap diminta menjadi tim penasihat presiden.

Dalam program "Mata Najwa episode Ragu-ragu Perppu", Arteria menunjukkan sikap yang meluap -luap, sampai menunjuk-nunjuk Emil Salim. Pada mulanya, Arteria bicara soal operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK yang dinilainya dipandang publik berlebihan. Padahal, menurut dia, banyak janji KPK yang tidak tercapai.

Pernyataan Arteria itu kemudian dibalas Emil dengan menyinggung soal ketua partai yang terjerat kasus di KPK. "Apa semua ketua partai masuk penjara, apa itu tidak bukti keberhasilan KPK?" ujar Emil.

Tetapi menurut Arteria, penangkapan ketua partai itu sebagian kecil dari kerja KPK. Arteria menyoroti sejumlah hal mulai dari monitoring hingga pencegahan. Arteria bahkan 'menguliahi' profesor di almamaternya sendiri.

"Prof, gini loh, Prof dengan segala hormat saya sama profesor, profesor bacalah tugas fungsi kewenangan KPK, tidak hanya melakukan penindakan tapi bagaimana pencegahan," ucap Arteria.

"Bagaimana penindakannya, bagaimana juga supervisi, monitoring ini dan koordinasi ini tidak dikerjakan Prof, tolong jangan dibantah dulu Prof," ujar dia melanjutkan.

Arteria pun bicara soal alasan pembentukan dewan pengawas hingga sejumlah kasus korupsi yang menurut dia tak diangkat KPK, misalnya dana bencana, kasus KONI hingga kasus pasar Sawit. Emil Salim lantas mengatakan, ada kewajiban dalam UU KPK untuk menyampaikan laporan. Namun Arteria menepis hal tersebut.

"Mana Prof, saya di DPR, Prof. Tidak boleh begitu Prof, saya yang di DPR saya yang tahu, mana Prof? Sesat, ini namanya sesat," kata Arteria memotong pernyataan Emil dengan menunjuk-nunjuk Emil dengan posisi setengah berdiri.

Arteria dengan Emil Salim juga terus berdebat di segmen lain, misalnya soal demokrasi, pemilihan dan korupsi. Arteria pun menyinggung proses Emil menjadi Menteri Pertanian di era Soeharto, kali ini dengan suara keras. "Anda bisa jadi menteri karena proses politik di DPR, Pak jangan salah," ujar Arteri.

Bahkan, dalam beberapa perdebatan, Arteria masih terus menunjuk - nunjuk Emil, meskipun Emil sempat mengingatkan sikapnya. "Kasih contoh pak ke generasi muda kita, bernegara dengan baik, beradab dengan baik dan beretika dengan baik," kata Emil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement